Nonton Bareng

154 18 1
                                    

Sebenarnya cerita ini mengandung 18+
Yaaa namanya juga young adult romance.

Tapi masih aman kok laaah. Ini juga bukan cerita religi.

Jadi yang selalu memandang saya ini penulis religi mending buang pikiran itu jauh - jauh dulu 😆

🍒🍒🍒

“Terimakasih, Tante. Terimakasih banyak,” ucap Najiya sepenuh hati sambil memberesi barang bawaannya. Sebuah paper bag besar berlogo “E” dan sling bag berisi beberapa lembar uang dan ponsel miliknya. Ia bersiap keluar dari mobil yang sudah terparkir di depan RS Mitra Albana. 

“Sama-sama Jiya. Oh ya ini tadi saya juga pilihkan jilbab buat kamu.”

Nyonya Kamelia mengulurkan paper bag berukuran lebih kecil. 

“Semoga suka ya? warnanya sudah tak sesuaikan dengan gaunnya.”

Najiya terpana. Rasanya ini sudah berlebihan. Ia tak mau menjadi sangat berhutang budi nanti. Tapi ia juga sungkan jika terus menolak. "Tante ini...." 

"Please, jangan nolak!" 

Entah mengapa Najiya merasa kalimat Nyonya Kamelia "jangan menolak" bukan hanya merujuk pada barang-barang mahal yang sudah berada di tangannya, melainkan juga... Ah, dia otomatis teringat lelaki panti songong jelmaan bunglon itu. Faris Albana. 

Sudah, jangan terlalu serius, Najiya! 

Oke, lebih baik ia memikirkan nasibnya nanti malam, daripada berdebat dengan Nyonya Kamelia yang ujungnya jelas akan sia-sia. Jadi ia hanya perlu mengucapkan, "Terimakasih banyak, Tante." Meski dengan suara canggung. 

"Sama-sama, Jiya." 

"Berangkatnya nanti sama Den Faris nggak, Non?" Bik Misih nimbrung lagi. Belum puas rupanya perempuan tu membuat wajah Najiya memerah sejak tadi. 

"Faris masih perjalanan bisnis, Bik. Coba nanti aku kontak. Kayaknya udah mau pulang." Nyonya Kamelia hendak meraih ponselnya. Tapi Najiya buru-buru mencegah. 

"Ti--dak usah, Tante. Saya sudah janjian sama temen." Terpaksa dia berbohong. Tidak akan ia biarkan waktu healingnya dirusak oleh calon suami dadakannya itu. "Lagipula saya sudah banyak merepotkan," imbuhnya sungkan.

"Enggaklah, nggak repot." Nyonya Kamelia mengibaskan tanganya, tapi ia segera tahu sumber kecanggungan Najiya. 

"Baiklah. Sampai jumpa lagi kalau gitu," putusnya cepat, takut membuat Najiya tak enak hati lagi. 

Najiya mengucapkan terimakasih sekali lagi. Ia masih bediri di pelataran RS sampai mobil yang ditumpangi Nyonya Kamelia menghilang di balik gerbang. Setelah itu ia menghela napas lega. 

"Huft." Tak bisa ia bayangkan jika benar-benar pergi ke acara launching film itu bersama Faris. 

Masalah satu sudah beres. Ia tak perlu bingung lagi memikirkan kostum untuk nanti malam. Tapi senyum yang terus terkembang di bibirnya segera lenyap saat seseorang tiba-tiba menghampirinya. 

“Dokter Jiya tolong gantikan tugas jaga saya nanti malam di ruang ICU. Data rekam medisnya sudah ada di perawat Rahma.”

Raisa. Najiya lupa jika ada makhluk nyaris sempurna, tapi gemar merusak suasana hati orang.

DIPAKSA MENIKAHI CEO TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang