Perempuan Dokter Roy

231 20 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



“Hari minggu mosok ndak libur, Nduk?” 

Ada kerinduan mendalam di suara itu. Setelah makan siang, Najiya menyempatkan telepon ibunya. 

“Libur lah, Buk. Dokter juga manusia, butuh istirahat. Besok Jiya pulang,” jawabnya sumringah. Disusul suara tawa kecil di seberang.

 Najiya melirik tas ransel yang teronggok di pojok kamar. Rasanya ia benar-benar tak sabar ingin segera sampai rumah. Bercengkrama di depan telivisi sambil merebahkan kepala di pangkuan ibunya. Ia juga rindu berseteru dengan adiknya, memperebutkan hal remeh temeh seperti berebut pelukan, perhatian dan belaian sang ibu. Berebut air dingin di kulkas, lauk, kamar tidur sampai remote control. Begitulah Najiya dan Janeeta jika sudah bertemu. Seperti Tom & Jerry. Akur lagi, bertengkar lagi. Tapi sebenarnya mereka tahu kalau satu sama lain saling sayang dan sama-sama memendam rindu jika tak kunjung bertemu. 

Minggu lalu Bu Sofia bercerita jika usaha kecil-kecilan membuat kue cukup berjalan lancar. Rupanya passion sang ibu di bidang masak memasak kini tersalurkan. Dari dulu ibunya cukup sering mendapat pesanan kue ulang tahun atau kue basah untuk acara arisan maupun pengajian. Lalu sempat vakum karena harus mendukung penuh usaha suami. Ikut mengurus minimarket mereka, Silvamart. Yang sekarang dicabut paksa hak izinnya oleh perusahaan Silva Group karena teror produk expired dan mendapat demo dari masyarakat.

Sejak bangkrut, Bu Sofia mulai bangkit dan menekuni hobinya lagi. Berbagai olahan produk bakery. Setelah mengumpulkan modal lagi, termasuk modal dari hasil penjualan mobil Najiya, mereka menyewa toko kecil di area Tlogosari. Saat ini Ayahnya sedang berusaha meresmikan brand untuk toko Bakery mereka. Faradisa Bakery. Beberapa produknya memakai nama dirinya dan adiknya. Ada Janeeta kismis, Najiya tart, janeeta bolu, Najiya pasta, janeeta Cake, Najiya Donut dan lain lain. Ayahnya bertugas sebagai kasir. Sedang  ibunya dibantu saudara dan tetangga bekerja di balik layar bergumul dengan tepung. 

Berita itu membuat Najiya sangat bahagia. Membuat semangatnya dalam bekerja bertambah dua kali lipat. Ia sering berpikir, jika waktu itu dia tetap mementingkan egonya dan berhasil bunuh diri, tentu ia tak bisa berada di titik ini. Ia tak bisa melihat senyum sang ayah melayani para pelanggan. Tak bisa melihat betapa ajaibnya tangan ibu jika sudah bertemu tepung dan telur. 

Diam-diam Najiya sering berterimakasih pada Tuhan yang telah mengirim Faris untuk menghentikannya dari percobaan bunuh diri. Membuatnya sadar jika apa yang dilakukannya salah besar. Dari kejadian itu ia banyak belajar. Belajar untuk bertabayun jika ada berita yang kurang jelas mampir di telinganya. Termasuk rumor bahwa ia harus menikah dengan kakek-kakek konglomerat. 

“Betapa dungu dan egoisnya aku dulu,” sesalnya perih.

“Nduk?”

DIPAKSA MENIKAHI CEO TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang