Ciuman dan Hujan (part 1)

167 14 7
                                    

20 Juli 2020,

Sleman, Yogyakarta

Sebuah Kosan Pria di Dekat Salah Satu Perguruan Tinggi Swasta

***

Musik klasik gubahan Vivaldi mengalun dengan merdu. 

Suara alunan musikal yang begitu lembut, terdengar seperti suara cicitan burung yang bersahut-sahutan, menjadi pembuka Four Season yang digubah pada abad 18. Melodi yang saat ini sedang memenuhi sebuah kamar kosan di daerah Sleman, Yogyakarta.

Seorang pria berperawakan tegap dengan tinggi nyaris 180 cm berjalan keluar dari kamar mandi, menaikan volume speaker-nya dan membiarkan alunan klasik itu memenuhi seisi kamar berukuran lima kali empat meter persegi ini. Kulitnya berwarna tan, cukup gelap untuk disebut seperti gula aren.

Dengan lekuk tubuh yang maskulin dan rambut hitam pekat pendek bergelombang yang ditata rapi, pria satu ini semakin terlihat menawan karena kemeja batik dan celana kain hitam yang ia kenakan. 

Ia adalah warga Indonesia dengan tatapan hangat dan senyum lembut, Rio Azriel Rayaan namanya.

"Yok, ngapain pagi gini udah rapi, heh?" Seorang pria lain yang baru bangun dari tidurnya menggeliat sambil menatap ke arah Rio dengan malas. 

Kaget karena si Rio sudah berpenampilan rapi di pagi hari, karena biasanya di jam segini pria itu masih membaca buku di kasur.

"Ada undangan seminar dari Kementerian," jawab Rio dengan tenang sambil duduk di sisi kasurnya, mulai fokus mengenakan kaos kaki hitamnya. 

Kamar ini punya dua kasur dan meja, karena memang penghuninya ada dua. Si Rio ini dan satu lagi pria lain yang juga tampan.

Dua pemuda itu sahabat dari sejak kuliah. 

Satu di antaranya adalah politisi muda suatu partai nasionalis –Andromeda Davisto MV, yang terlewat tampan dengan kulit putih mulus dan postur yang gagah berotot, irisnya bahkan berwarna karamel terang dengan bibir merah yang padat dan menggoda. Memang, good-looking syndrome menjangkit di keluarganya, hanya ada satu adik perempuannya yang berpenampilan seperti hantu di film horor dengan kelakuannya juga sama menakutkannya –sisanya tampan di atas rata-rata.

Tetapi sifat cinta perempuan menjadi penyakit kronis yang hanya dimiliki oleh Andro. Kadarnya sudah di melampaui batas normal.

Sementara yang lain adalah Rio yang dipandang sebagai tokoh inspiratif di usianya yang terbilang sangat muda karena buku-buku best seller yang ia tulis. 

Legit adalah satu kata yang mencerminkan pria ini. Tampan, manis seperti gula aren dan selalu bikin nagih untuk mendengarkan setiap nasehat bijaknya jika sedang mengisi acara. 

Apalagi suara baritonnya lembut, terdengar merdu walaupun sedang berbicara. Ia seorang pria kalem yang terlampau holy, dengan kemampuan spiritual turunan dari keluarga ayahnya.

"Pulangnya bawain makanan enak, ya, Yok," ujar si politisi muda tadi sambil menyeringai, masih lengkap dengan tampang baru bangun tidur miliknya. "Kalau bisa cewek juga, yang seksi," tambah Andro.

"Ngawur, ya, gak bisa, lah. Kan, aku udah bilang ini acaranya di hotel mewah, Ndro. Makanannya pasti prasmanan," balas sang penulis rohani itu, menyanggah tanpa emosi dengan suara yang lembut. Ia memilih untuk pura-pura tidak mendengar permintaan terakhir Andro.

Terakhir Rio mengenalkan perempuan ke sang sahabat, si Andro malah menjadikan perempuan itu sebagai salah satu pacarnya. Saat itu, Andro punya 7 pacar di waktu bersamaan. Itu nyaris satu dekade lalu, sekarang Andro cuma punya dua dengan cadangan yang tidak terhitung. Rio tentunya tidak mau menjadi bagian dari kontributor dalam daftar panjang perempuannya Andro.

Rujak Duren dan Lebah MaduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang