Visioner (part 2)

67 12 4
                                    

Andro kaget sejadi-jadinya setelah dia pulang dari kantor partai. 

Sahabatnya jadi semakin aneh, entah apa sebabnya. Saat ini, Rio sedang terduduk dan melamun.

Andro yakin, kalau sahabatnya satu ini sedang melamun, maka itu berarti dua hal. Pertama, si Rio sedang meditasi dengan mata terbuka. Kedua, Rio kemasukan spirit-spirit aneh dan sedang berkomunikasi dalam batin.

"Kamu kenapa, Yok?"

Rio mengedipkan mata dan menatap Andro dengan kebingungan. Andro yang untuk pertama kali melihat tatapan bingung sang sahabat hanya bisa mengangkat sebelah alis.

"Gimana ini, Ndro.... Aku barusan menjemput Iyes dari bandara," Rio memulai sesi curhatnya yang langka itu dengan kikuk, "Tapi anak itu benar-benar di luar ekspektasi. Aku kira dia orangnya pendiam dan feminim."

Andro langsung menyeringai dan berujar, "Apa aku bilang, kalian gak bakalan cocok!"

"Gak gitu, Ndro. Si Iyes ternyata bagaikan lebah madu. Dia gesit, terus bicaranya tajam. Tapi, efeknya di aku terasa seperti madu...manis. Aku tidak punya alasan untuk membencinya, malah sebaliknya," Rio menatap sahabatnya dengan bingung.

"Aku merasa ada yang aneh," Rio menyentuh dadanya, "Jantungku jadi berdebar cepat setiap kali irisku menangkap sosoknya. Aku merasa berdosa karena ingin memiliki perempuan itu lebih dari sebelumnya, bahkan sejak pertama kali bertemu. Tapi bayangan sosoknya menghantuiku setiap kali aku memejamkan mata. Aku gak ngerti, semua perasaanku terasa bercampur aduk."

Andro menepuk jidatnya dan menggelengkan kepala. 

Rio memang manusia biasa, laki-laki pada umumnya yang butuh kasih sayang perempuan.

Salahnya juga selalu menilai sahabatnya sebagai orang suci, sehingga kaget begitu Rio bersikap manusiawi.

Tetapi, masalahnya, sebagai sahabat yang sedikit protektif, Andro khawatir jika perempuan yang satu ini akan melukai Rio di kemudian hari. Ia hanya merasa Rio terlalu baik untuk merasakan sakit hati karena cinta.

"Rio, dengar, ya. Jangan sampai jatuh cinta membutakan akalmu. Jangan jadi goblok karena perempuan. Pikir realistis, Yok, cewek begituan gak cocok dengan dirimu yang begini. Aku bisa carikan cewek-cewek lainnya yang lebih cocok buatmu. Perempuan agamis atau yang sejenisnya, perempuan keibuan yang lemah lembut."

Andro menepuk-nepuk pundak Rio sebelum ia melanjutkan pernyataannya, "Burung merpati atau kupu-kupu lebih cocok buatmu ketimbang lebah madu. Mereka bisa menyakitimu, Yok."

"Tapi Iyes terasa manis," Rio merenung sejenak, "Walaupun memang dia sedikit liar. Anak itu menarik, Ndro."

"Menarik tapi bukan untuk kamu nikahi. Ingat, kamu gak mau ada perceraian dalam riwayat hidupmu kan?"

"Memang, sih. Iyes juga langsung menolak perjodohan ini. Tapi, aku merasa itu tidak adil untuk alasan yang belum aku pahami."

"Nah, apalagi jika perempuan itu jelas-jelas menolakmu, Yok. Ada banyak perempuan lain yang lebih sepadan untuk pria sepertimu di luar sana."

Rio tidak merespon apapun. 

Ia terdiam, menundukkan kepala, seolah berpikir keras untuk hal sesepele percintaan seperti ini. 

Kalau Andro jadi Rio, maka ia akan kabur dan memilih perempuan lain. Setidaknya, yang lebih seksi. Tapi tentu saja, Andro bukan Rio dan Rio juga tidak akan melakukan itu.

Pada akhirnya, Andro hanya menghela nafas dan mengambil makanan yang tadinya disimpan untuk cemilan malam –keripik singkong ekstra pedas kesukaannya. Pria itu agak ragu untuk menawarkan kepada sang sahabat, tetapi sayang tubuhnya bertindak lebih dulu daripada pikirannya.

Rujak Duren dan Lebah MaduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang