Ulekan Sambel Terasi Edisi Spesial

51 12 1
                                    

Iyes mendapati dirinya lega ketika diberitahu bahwa Ria hanya mengalami keseleo di kaki kanan dan siku tangan kanannya. 

Ria juga dengan bercanda bilang bahwa itu hanya skenario bohongan darinya untuk membuat Iyes panik agar segera menemui Rio hari ini.

Ria juga sempat cerita bahwa Rio tidak seceria dulu lagi sejak berpisah dengan Iyes, walaupun dari awal dia memang bukan anak yang ceria. Tapi, Iyes tidak bisa kesal berlebihan karena kalau memang tidak didorong seperti ini, dia tidak akan menemui Rio hingga akhir hayat.

Lalu, ngomong-ngomong, ayah Rio ternyata bernama Genis Rayaan. Setelah berhenti menjadi pemimpin agama, ia sekarang seorang filantropis dan penggiat sosial dari Indonesia yang membantu di daerah terpencil, di Kalimantan, Myanmar, dan India. Di negeri asal Taj Mahal itu, ia tinggal bersama kakek dan saudara dari garis keturunan Rayaan dan bersama-sama menyebarkan kebaikan.

Saat ini, Iyes bersama Ria dan Genis sedang menyiapkan makan malam sambil bercanda gurau. Nampaknya, keluarga ini memang sedikit konyol, karena Iyes dibuat tidak berhenti ketawa dari sejak ketiganya mulai berinteraksi siang tadi.

"Jadi, kau sebut anak itu Rujak Duren?" Ria tertawa terbahak-bahak, "Dia bahkan tidak pernah makan durian karena tidak tahan baunya!"

Iyes ikut tertawa sambil mulai mengulek sambal terasi yang menjadi kesukaan Ria. Kemudian, Iyes melanjutkan ceritanya, "Lalu tiap malam dia akan meneleponku!"

"Persis seperti seseorang," Ria melirik ke arah Genis dengan tersenyum geli, "Memang ayah dan anak tidak jauh beda."

"Hm. Tapi, kau suka, kan?" Genis balas menyeringai dan menyikut lengan istrinya. Sayang, seringaiannya tidak dapat terlihat karena masker yang ia kenakan. Genis, sebagaimana manusia vegan pada umumnya, tidak suka bau terasi.

"Omong kosong!"

Ketiganya tertawa bersama dengan renyah. Tetapi kemudian tiba-tiba Genis berhenti tertawa, menoleh ke arah pintu dan berkata, "Ada yang ingin kau katakan, Kiddo?"

Ria dan Iyes menyusul berhenti tertawa dan melihat arah pandang Genis yang menatap anaknya sendiri yang tengah berdiri di depan pintu dapur. Pria itu sudah berganti pakaian dan nampak sangat menyesal.

Iyes menjadi semakin tidak nyaman karena tatapan Rio pun mengarah kepadanya. Tetapi untungnya, pria itu langsung beralih menatap kedua orangtuanya dengan ekspresi bersalah.

"Ma, Pa, Yoyok minta maaf sudah lepas kendali. Yoyok tidak sadar, karena begitu senang Iyes akhirnya memutuskan menemui Yoyok."

Nada yang dilantunkan pria itu terdengar begitu tulus, permintaan maafnya bukan untuk formalitas belaka. Iyes sedikit terkagum karena pria sebaik ini telah melabuhkan hati untuknya dan membuatnya luluh. Perempuan itu kemudian menghela nafas dengan ekspresi lega.

"Kau harusnya memperkenalkan perempuan manis ini lebih awal, Kiddo," balas Genis dengan santai.

"Dari setahun lalu anak itu sudah menceritakan Iyes di video call keluarga, Babe," Ria mengingatkan.

"Tapi dia tidak mengirimkan foto atau video apapun," Genis meletakkan pisaunya dan mendekati Rio, "Pa jadi membayangkan Iyes adalah perempuan keras kepala, seperti pada umumnya."

Iyes hanya menyeringai dan menimpali, "Memang, em, keras kepala, tapi maaf tidak pada umumnya."

Genis pun tertawa dan merangkul Rio, menarik anak itu ke dapur sambil mengacak-acak rambutnya.

"Kau sudah dimarahi?"

"Hu'um," Rio mengangguk, "Mereka mengamuk dengan sangat mengerikan. Tapi memang benar aku yang salah."

Rujak Duren dan Lebah MaduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang