"Hm," Rio mengambil waktu sejenak untuk berpikir, "Aku rasa itu adalah saat aku membentak nenekku karena tidak ingin kuliah di ilmu tentang keagamaan."
"Apa yang terjadi saat itu?"
"Nenekku marah besar, kemudian tiba-tiba ia terkena serangan jantung. Tidak ada yang tahu bahwa hidup beliau akan berakhir saat itu juga. Karena merasa bersalah, akhirnya aku menuntut ilmu di bidang keagamaan di Yogya. Sebelumnya, aku tinggal bersama nenekku di Tanjung, jadi setelah beliau meninggal, aku meninggalkan Kalimantan untuk menjadi sesuai yang beliau minta."
"Oh, turut berduka," ujar Iyes basa-basi. Dia kesal karena menyadari bahwa hal ini tidak bisa menjadi alasan kuat untuk membatalkan perjodohan.
"Tapi kenapa kamu dulunya gak mau kuliah di bidang keagamaan?" Iyes bertanya lagi, kali ini hanya karena dia penasaran.
"Aku pingin jadi seperti Ma," Rio tersenyum lembut, "Aku sangat sayang dan kagum dengan Ma."
"Ma? Itu Ibumu?"
Rio mengangguk pelan. "Perempuan paling keren di seluruh dunia."
"Kok bisa?"
"Ma itu peneliti di Australia, sementara Pa mengurus usaha keluarga di asia selatan. Aku selalu mengunjungi mereka saat libur panjang. Tapi Ma yang paling keren, Pa juga panutanku. Mereka berdua hebat."
Tapi Iyes sama sekali tidak peduli dengan informasi tentang ayah Rio. Begitu telinganya menangkap kata 'peneliti di Australia', rasa penasaran Iyes meningkat secara drastis. "Ibumu peneliti apa?"
"Di South-East Asia Corner. Dia peneliti media sosial dan sesuatu yang berhubungan dengan sosial-politik."
"Sumpah?"
"Aku tidak bisa bersumpah, tapi aku bisa jamin kejujuranku. Memangnya ada apa?"
"Astaga, Rujak Duren, siapa nama ibumu?"
"Ria Harsanti."
"Ria Harsanti! Aku baca semua jurnal dan buku-buku beliau. Astaga, aku fans beliau, kau harus ingat itu di otakmu. Tulis dengan huruf bold, italic, dan underline!"
Rio melirik kearah Iyes yang tiba-tiba menjadi ceria dan sangat antusias. Pria itu menghela nafas, mulai merasa cemburu dengan ibunya sendiri.
Tapi apa yang bisa dia lakukan? Iyes memang senang dengan riset dan dari awal pun Rio sadar bahwa calon istrinya ini akan sangat cocok dengan ibunya.
"Jadi kau lebih mencintai Ma, ketimbang aku?"
"Omong besar! Aku membencimu!"
"He'em, aku juga mencintaimu, my honey bee. Jadi, berhenti kegirangan karena Ma."
"Pret! Pokoknya, nanti kalau dia ke Indonesia, aku harus diskusi sama ibumu!"
"Dia akan ke Indonesia saat aku menikah."
"Kalau begitu, kau harus mengundangku."
"Untuk apa aku mengundangmu? Yang menikah, kan, kita."
"Sudah, berhenti bermimpi. Perjodohan ini akan berakhir dalam waktu dekat."
"Kau yang berhenti mengkhayal. Jalan kita di masa depan jadi satu, Yes."
Iyes menutup telinganya rapat-rapat, tidak mau dengar segala gombalan dari bibir Rio. Tapi melihat reaksi Iyes, pria itu malah semakin gemas dan sulit berkonsentrasi ke jalanan.
Jadi, karena kebetulan sudah waktunya makan siang, sekalian menenangkan dirinya, Rio pun menghentikan mobilnya di sebuah restoran vegan di belakang Stasiun Tugu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rujak Duren dan Lebah Madu
RomanceKiyesia Tarani yang agnostik tidak menyangka kalau dia dijodohkan dengan Rio yang sangat religius dan spiritualis. Karena trauma masa kecilnya, Rio terlihat tidak lebih baik dari rujak duren. Dia hanya belum menyadari kalau Rio Azriel Rayaan akan me...