Dua hari setelah bertemu dengan Ria, Iyes akhirnya bertamu ke apartemen Josh dan langsung disambut dengan pelukan hangat dari sang sahabat. Akihito bahkan menangis haru karena begitu rindunya dengan Iyes.
Hari ini, Iyes membawa banyak oleh-oleh dari Indonesia, berharap sahabatnya itu menyambutnya dengan bahagia. Tapi ternyata, si pria blasteran Jepang-Filipina itu malah menanyakan hal yang paling Iyes hindari.
"So, have you already become someone's wife, my little Kiyesia?"
Josh mengacak-acak rambut Iyes dengan gemas lalu mencubit pipi perempuan itu. Tentu saja, Iyes tidak bisa menjawab pertanyaan Josh hingga pria itu puas mengacak rambut dan mencubit pipinya. Dia hanya terdiam dan langsung menunjukkan ekspresi kecutnya.
"It was canceled. Now, I'm a happily single woman who is enjoying a drinking party with my best friends!"
"Who is the one that canceled it?
"Me."
"Why?"
Iyes mendengus dan melambaikan tangannya, menunjukkan ketidaksenangannya untuk membahas hal ini. Tetapi bukan Josh namanya kalau ia menyerah tanpa mendapat jawaban. Jadi pria itu mulai meremas pundak Iyes dan menggoyang-goyangkannya.
"Tell me, you little witch!"
"You are so annoying! Stop it, Josh!"
"Tell me your freaking reasons, Yes."
Iyes hanya memutar bola matanya dan menjawab, "I myself don't know why. Maybe I was afraid?"
"Silly."
"I just couldn't imagine a religious person would become my husband."
Akihito hanya tersenyum kikuk dan kemudian menawarkan sebotol beer kepada Iyes. Tentu saja perempuan itu menerimanya dengan senang hati. Tetapi, Josh masih bingung dengan apa yang diceritakan Iyes barusan.
"Is this the Asahi from the fridge? The one I bought last time?"
"Yup," Akihito mendorong Iyes hingga duduk di sofa. Iyes memperhatikan botol itu dan terdiam. Bukannya ini adalah botol dari persediaan minuman nakalnya yang sudah berbulan-bulan lamanya? Yang sebagian disimpan di apartemen Josh? Perempuan itu kemudian memutar botolnya, lega ketika mendapati tanggal kadaluarsanya masih cukup lama.
Akihito tersenyum manis dan menenangkan Iyes dengan berujar, "Listen. You don't need to think about your ex that hard. Just think about yourself and smile!"
Iyes hanya tersenyum kecut. Bagaimana bisa dia tidak memikirkan Rio ketika setiap malam pria itu menginvasi mimpinya tanpa ampun dengan segala hal yang manis dan semakin lama semakin liar? Bukannya bahagia, Iyes bisa jadi gila.
"Akihito is right, Yes. I don't care about your ex-future-husband, I care about your happiness."
Josh kemudian duduk di samping Iyes dan Akihito duduk di samping Josh. Mereka bertiga bercerita tentang banyak hal, melepas kangen setelah tidak bertemu nyaris dua bulan lamanya. Tetapi kemudian percakapannya terganggu karena smartphone-nya bordering.
"Who?"
Josh mengintip dari ujung matanya, tetapi pria itu ragu untuk membaca nama penelepon karena menggunakan bahasa Indonesia. Dengan nada yang janggal, ia berkata, "Ru-ja-ku Du-re-n? What's that?"
Iyes terdiam sejenak. Perasaannya bercampur aduk.
Dia tidak menyangka si Rujak Durennya akan menelponnya sejak bombardier chat penuh hal konyol yang terjadi tadi malam. Setidaknya, Iyes tidak menyangka akan secepat ini.
"He is that person."
"That? Who?"
"My ex-freaking-future-hubby."
Iyes terdiam sebentar, ragu untuk mengangkat panggilan itu. Tetapi Josh dengan iseng menggeser layar di smartphone itu. Mau tidak mau, panggilan pun tersambung dan suara pria itu terdengar begitu jelas.
"Halo, Iyes?"
Josh menyeringai ketika menyadari bahwa Iyes hanya menundukkan kepala, menatap smartphone-nya dengan kebingungan. Terlebih lagi, perempuan itu merona hingga ke ujung telinga! Bahkan matanya mulai berkaca-kaca karena perasaan rindu yang selama ini dipendam akhirnya meluap.
"Oh, don't cry, my girl." Iyes langsung menoleh ke arah sahabatnya yang menyeringai nakal dan Akihito yang mengintip dari bahu Josh. Dengan ketus, perempuan itu membentak, "No, I'm not!"
Perempuan itu dengan sewot berdiri dan menendang dengkul Josh. Dia lalu beranjak ke balkon dan berkata, "Ada apa? Bukannya ini berarti kau melanggar kesepakatan?"
"Hm? Bukankah kesepakatan kita adalah aku menjauhimu? Kita jauh sekarang, dipisahkan lautan."
Iyes menyeringai dan menjawab, "Apa yang terjadi? Malaikatmu lupa dimana menaruh bukunya yang berisi janjimu itu?"
"Lebih dari itu."
Hening menyelimuti keduanya untuk beberapa lama. Hingga akhirnya Rio melanjutkan pernyataanya dengan berujar, "Aku nyaris gila karena gak mendengar suaramu."
"Bacot. Aku gak punya banyak waktu untuk meladeni halusinasi Rujak Duren. Bye!"
"Yes, tunggu bentar," Rio menimpali dengan buru-buru sebelum Iyes menutup teleponnya.
"Apa?" balas Iyes dengan ketus. Dia dapat mendengar suara Rio menahan tawa dari ujung telepon, mau tidak mau perempuan itu ikut tersenyum diam-diam.
"Aku akan meneleponmu lagi. Tapi sekarang aku cuma mau bilang kalau aku sayang kamu, Yes, apapun yang terjadi."
Iyes langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa banyak basa-basi. Begitu panggilan itu terputus, Iyes langsung terkulai di lantai dengan smartphone yang menutupi wajahnya yang merah bagaikan kepiting.
"Wis tak kandani, rak usah gombal ngono! Njelehi!" Iyes berteriak entah kepada siapa sambil tetap menutupi wajahnya. Tapi walaupun begitu, seorang Kiyesia tidak bisa lagi menahan seuntai senyum untuk merekah di wajahnya.
Sejak kapan omongannya jadi bertolak belakang dengan pikirannya? Sekarang, tidak hanya pikiran, tapi juga tubuhnya.
Tangan kirinya yang tidak menggenggam smartphone pun terangkat untuk menyentuh tengkuk lehernya yang semakin terasa panas karena dia mulai membayangkan sosok Rio di benaknya. Sialan, kalau seperti ini terus bagaimana bisa dia tahan untuk tidak menemui pria itu?
Menelan ludah sendiri bukan jenis santapan yang ada di kamus Iyes. Dari sejak kuliah, perempuan satu ini sudah berprinsip: jika iya, maka iya untuk selamanya. Haruskah dia membuat pengecualian untuk kasus ini? Tentu saja seorang Kiyesia Tarani tidak suka hal itu.
Tapi, lihat dirinya saat ini. Iyes bahkan tidak bisa menghentikan perasaan ambivalen yang membuatnya nyaris gila. Semakin parah lagi ketika dia mendongakkan kepala dan melihat sosok Josh berdiri menyandar di kerangka pintu balkon. Iris karamelnya menatap Iyes dengan menilai, entah sejak kapan.
Kemudian sebuah seringai muncul di wajah tampannya, diikuti dengan perkataan, "You love him, Kiyesia. You know it, stop denying."
Iyes mendengus dan hanya menjawab, "If this would be that easy, I'll not be like this, you're an idiot."
"I just want to say, don't be too hard on yourself, my queen," ujar Josh sebelum ia kembali masuk ke dalam ruangannya untuk menemui Akihito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujak Duren dan Lebah Madu
RomanceKiyesia Tarani yang agnostik tidak menyangka kalau dia dijodohkan dengan Rio yang sangat religius dan spiritualis. Karena trauma masa kecilnya, Rio terlihat tidak lebih baik dari rujak duren. Dia hanya belum menyadari kalau Rio Azriel Rayaan akan me...