"Astaga, extraterrestrial itu beda sama aliens, ya."
Andro langsung berdiri dan menatap Rio dengan puas. Kali ini pernyataan itu bukan berasal dari bibirnya, tetapi dari Iyes.
Hari ini, enam hari setelah kencan terakhir Rio dengan Iyes, si Andro memutuskan untuk nimbrung dan menilai sendiri seberapa menarikkah seorang perempuan yang disebut 'Lebah Madu' oleh sang sahabat.
Mereka bertiga pada akhirnya memutuskan untuk menghabiskan waktu di café dengan ditemani tiga gelas manual brew dari tiga jenis biji kopi berbeda. Andro dan Rio duduk bersebelahan dan Iyes mengambil posisi enak di hadapan mereka. Perbincangan mereka entah kenapa mengarah pada masalah Extraterrestrial.
Si Andro yang sekuler level akut cukup kaget ketika Iyes mulai terlihat nyambung dengan cara berpikirnya. Pria itu merasa ada 'klik' yang begitu keras dari si perempuan bersurai pendek yang juga calon istri sahabatnya sendiri.
"Extraterrestrial itu segala eksistensi kehidupan yang berasal dari luar bumi. Bahkan ada teori yang mengatakan bahwa ada satu spesies ubur-ubur yang kemungkinan adalah extraterrestrial karena bersifat immortal. Jadi, jelas beda sama aliens yang ada di film," jelas Iyes dengan santainya.
"Tuh, denger, Yok. Apa aku bilang? Makanya jangan ngeyel!" timpal Andro.
Iyes tersenyum kecil dan melanjutkan argumennya, "Yah, teori-teori itu ada sebagai bukti kalau manusia punya banyak perspektif berbeda. Jadi, bukan sesuatu yang harus dipaksakan untuk dipercaya semua orang."
Rio tidak banyak bereaksi, pria itu hanya terdiam. Ia berusaha mencerna apa yang disampaikan oleh Iyes. Ia menjadi resah, mulai menduga bahwa Iyes juga satu klaster dengan Andro, seseorang yang mengakui dirinya sebagai agnostik atau orang yang tidak percaya adanya agama. Lebih parah lagi, mungkin saja ateis.
"Oh, jadi, sekarang aku tanya, kamu itu percaya sama agama, gak, sih, Yes?"
Rio mengangguk-angguk begitu mendengar pertanyaan Andro. Itu adalah hal yang sama yang terus menjadi pertanyaannya begitu diskusi berat di antara ketiganya terbuka hari ini.
Iyes kembali tersenyum, menyeruput kopinya dan berujar, "Tidak begitu percaya, tapi terlepas hal itu, aku masih percaya bahwa ada entitas lain yang berada di luar nalar manusia.
Meskipun begitu, ilmu pengetahuan itu adalah kebenaran yang sudah terbukti secara empiris dan terus diperbaharui. Itu sesuatu yang lebih meyakinkan. Aku lebih percaya dengan ilmu pengetahuan."
Andro ternga-nga mendengar penjelasan Iyes. Setengah tidak paham, setengah kagum.
Tetapi Rio lebih dahulu berkomentar dengan berujar, "Memang, pada akhirnya, aku jadi semakin yakin kalau kamu perempuan yang menarik, Yes."
Iyes memejamkan mata dan menghela nafas.
Perempuan itu yakin bahwa dirinya harus menegaskan sesuatu sebelum si Rujak Duren satu ini semakin salah paham dan mempersulit implementasi dari rencana jangka menengah penggagalan perjodohan miliknya.
"Namun, yang jelas, aku benci orang-orang terlalu terlalu menganggap kepercayaan mereka adalah yang paling benar. Terutama yang fanatik terhadap apa yang mereka percaya, lebih-lebih lagi pemimpin-pemimpin mereka yang munafik.
Sayang sekali, seseorang pria yang terlewat kukuh dengan kepercayaannya tanpa tau apapun mengklaim dirinya sebagai 'calon suami'. Rujak Duren memang pas untuk sebutanmu, bahkan makanan itu tidak pernah ada karena menjijikan."
Rio diam membeku begitu mendengar argumen tajam menusuk dari Iyes.
Bahkan Andro pun hanya dapat membelalakkan matanya, heran karena perempuan satu ini benar-benar berlidah tajam, menyengat lebih tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujak Duren dan Lebah Madu
RomantizmKiyesia Tarani yang agnostik tidak menyangka kalau dia dijodohkan dengan Rio yang sangat religius dan spiritualis. Karena trauma masa kecilnya, Rio terlihat tidak lebih baik dari rujak duren. Dia hanya belum menyadari kalau Rio Azriel Rayaan akan me...