Honey Bee

69 11 4
                                    

Iyes terperangah begitu melihat Rio menjemputnya. Tampilan pria itu memang sama menawannya seperti biasa, dengan kaos lengan panjang putih polos dan celana krem berbahan kulit, lengkap dengan sepatu coklat kesayangannya. Rambut pendek bergelombangnya ditata sederhana, seperti biasanya ketika pria itu tidak sedang ke acara formal.

Bahkan, dengan penampil sesederhana itu Rio masih terlihat tampan. Tapi, tentu bukan itu saja yang membuat Iyes terperangah.

Rio datang dengan sebuah mobil. Bukan mobil mewah, Iyes sama sekali tidak peduli dengan kemewahan. Tetapi, tidak salah lagi, Iyes yakin itu mobil hybrid. Berarti, mobil itu menggunakan dua bahan bakar.

Iyes juga tahu mobil yang dimiliki Rio adalah yang berbahan bakar bensin dan tenaga solar. Salah satu benda yang diimpikan Iyes dari sejak lama.

"Sejak kapan kau punya mobil sebagus ini?"

"Aku jarang pakai, karena merasa tidak perlu. Selama ini dia aku pinjamkan ke temanku yang perlu untuk pengabdian di daerah terpencil. Dia baru saja kemarin malam mengembalikan mobil ini," jelas Rio.

"Kenapa kau punya mobil seperti ini?" Iyes berkomentar sambil merengut, "Ini tidak adil, padahal aku selalu memimpikannya."

Rio tersenyum lembut dan berujar, "Ini akan jadi milikmu kalau kau mau, my honey bee."

Iyes tiba-tiba membeku ketika Rio memanggilnya dengan 'my honey bee'. Perempuan itu teringat akan mimpinya. Dia ingat bagaimana kecupan Rio terasa di keningnya. Lalu, seketika wajahnya menjadi semakin panas.

"Ja, jangan panggil aku dengan honey bee!"

Rio sambil tersenyum membukakan pintu mobil untuk Iyes. Ini kali pertamanya melihat wajah malu milik seorang Kiyesia Tarani dengan begitu jelas. Padahal perempuan satu ini selalu memperlakukannya dengan kasar dan ketus.

"Kenapa?" Rio berbisik tepat di samping telinga Iyes, "Padahal kamu itu manis, bahkan ketika berusaha untuk menyengatku."

Iyes menjadi geram karena tidak senang begitu menyadari betapa tulusnya senyuman Rio yang terlihat semakin mempesona. Bukannya kemarin dia sudah berujar begitu tajam hingga membuat pria itu tertohok dan diam seketika?

Tapi, apa ini? Amnesia parsial?

"Kau tahu aku membencimu! Jangan sok ngegombal, jangan bisik-bisik!" Iyes menjerit. Dia lalu mendorong Rio menjauh. Dengan menjulurkan lidah, perempuan itu masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya dengan keras.

Rio mengangkat bahunya dan mengetuk kaca mobil di sisi kiri Iyes. Perempuan itu menoleh dan melihat Rio mengatakan sesuatu.

Dia tidak bisa mendengar apa itu. Tetapi dari gerakan bibir si Rujak Duren, Iyes tahu bahwa pria itu berujar, "I love you too, my honey bee."

Iyes langsung mengalihkan pandangannya, menunduk sejadi-jadinya dan meremas celananya. Iki rak adil, batinnya, kenapa saiki Rio terlihat luweh ganteng!

Tiba-tiba, pintu kemudi terbuka dan Rio menampakkan batang hidungnya. Pria itu duduk di depan kemudi dan mengenakan sabuk pengamannya sebelum ia berujar, "Padahal dari awal sampai saat ini, aku kewalahan karena seorang Kiyesia Tarani terlihat semakin cantik dan manis tiap harinya. Kenapa baru sekarang kau menyadari kalau aku tampan?"

Iyes tidak merespon apapun, tidak juga bergerak. Dia tidak membentak.

Lebih tepatnya, dia tidak tahu harus ngapain!

Perempuan itu terlalu malu untuk memperlihatkan wajahnya yang memerah, jadi dia memilih diam. Tetapi kemudian, karena tepukan dari Rio di pundaknya, secara refleks Iyes menoleh ke arah si Rujak Duren tanpa sempat mendeportasi rona merah di wajahnya.

Rujak Duren dan Lebah MaduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang