28 November 2020
Café 24 Jam di Palagan, Sleman, Yogyakarta
"Bukannya kamu bilang kita minum kopi berdua doang? Ini kenapa banyak teman-temanmu di sini?"
Begitu mendengar pertanyaan Rio, si Andro tertawa ngakak dan menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu.
"Astaga, Yok. Malam ini adalah malam penghiburanmu setelah putus dari hubungan tunanganmu dengan Iyes. Aku bawa temen-temen teralim ku untukmu, sob!"
Rio menatap kesal si Andro. Pria itu bingung harus seperti apa menghadapi sahabatnya yang isi kepalanya cuma perempuan ini.
Memang, kemarin ia secara resmi bilang ke Pak Adi untuk membatalkan perjodohannya dengan Iyes. Pak Adi tentu saja tidak langsung terima, tetapi argumen yang dipaparkan Rio terlampau kuat hingga petinggi kementerian itu dengan enggan menerima permintaan sang penulis buku rohani itu.
Harusnya, Rio tidak usah bilang ke sahabatnya begitu pulang ke kosan. Pria itu lupa kalau Andro punya 'ritual penghiburan putus cinta' dengan selusin perempuan dan beberapa botol minuman beralkohol. Walaupun Andro bilang kalau acara hari ini dibuat khusus untuk Rio dengan tanpa alkohol dan hanya berisi perempuan-perempuan alim, tapi, tetap saja, Rio sama sekali tidak butuh.
Tapi, demi sahabatnya itu, Rio akhirnya duduk di sebuah meja besar dengan banyak perempuan-perempuan yang terlihat alim. Posisi duduknya ada di sebelah Andro, tetapi walaupun begitu Rio tetap gelisah karena tidak nyaman berada di tengah situasi seperti ini.
"Ndro, sebenernya buat apa sih, ngadain beginian?"
Si Andro menoleh ke arah Rio dan sambil menyeringai berujar, "Kau, kan, patah hati, ini untuk menyembuhkan hatimu yang sedang terluka itu, Yok."
Rio mengerutkan alisnya, heran karena dia juga tidak merasa patah hati sedikit pun. Pria itu memperhatikan sekeliling dan menarik Andro menjauh dari gerombolan teman-temannya itu. Keduanya lalu berdiri di dekat jalan menuju toilet.
"Ndro, teman-teman mu itu walaupun terlihat alim, mereka sering manstrubasi."
Andro memutar bola matanya. Pria itu yakin sekali bahwa pernyataan Rio adalah sesuatu yang mungkin berasal dari makhluk-makhluk halusinasi –apapun itu. Tapi, sebagai apresiasi karena Rio mau diajak kesini, Andro pun memilih untuk tidak begitu menggubris halusinasi sang sahabat.
"Lah, kalau pun bener, emangnya kenapa?"
"Aku mau menyarankan mereka untuk menyucikan diri. Menurutmu gimana, Ndro?"
"Gimana apanya?"
"Mereka bakalan ngamuk, gak?"
"Pasti malu, lah. Tapi jangan, dong, Yok. Kamu ini selalu begitu! Kapan kamu dapet cewek, kalau filtermu seketat stocking, heh!"
"Tapi.... Setannya udah bergerombol di sekitar mereka. Kasian, Yok."
"Memangnya aku nggak digerombolin setan, heh?"
"At least, setiap kamu pulang aku melakukan penyucian. Beruntung kamu sekamar sama aku."
"Heleh, pret. Pokoknya, hari ini aja, please kamu gak usah jadi holy."
Keduanya pun berdebat dengan teramat sengit sambil berbisik-bisik. Tentunya lagi-lagi soal agama. Hingga akhirnya seseorang menepuk pundak Andro.
"Mas, maaf, tapi aku mau lewat. Lagian kalau mau kelahi jangan di depan toilet, mending di lapangan biar bisa teriak-teriak."
Andro dan Rio serempak kompak menoleh ke sumber suara. Ternyata, yang barusan menepuk pundak Andro tak lain adalah seorang perempuan lusuh yang rambutnya acak-acakkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rujak Duren dan Lebah Madu
RomanceKiyesia Tarani yang agnostik tidak menyangka kalau dia dijodohkan dengan Rio yang sangat religius dan spiritualis. Karena trauma masa kecilnya, Rio terlihat tidak lebih baik dari rujak duren. Dia hanya belum menyadari kalau Rio Azriel Rayaan akan me...