Part 12 🦋 Rumah Barra

1.7K 261 16
                                    

Pertama kali yang Nara lihat saat dirinya masuk ke kamar Barra adalah, pria itu sedang tertidur dengan selimut yang menutupi sampai kepalanya.

Nara mengambil kursi belajar milik Barra dan di taro di samping tempat Barra tidur.

Dengan sangat berhati hati Nara menarik selimut tersebut agar bisa dengan mudah mengompres kening Barra. namun ternyata pria itu terbangun, matanya terlihat sangat merah.

"Kamu bangun, maaf, keganggu ya?" ujar Nara.

"Ngapain di sini?" tanya Barra dengan wajah datar.

"Kata Calvin kamu sakit, aku mau ngompres kening kamu biar cepet redahan."

"Ngga butuh," ujar Barra sangat ketus, Nara merasa sakit hati dengan jawaban Barra, namun sebisa mungkin dia menahannya, karena bagaimanapun juga, perubahan sikap Barra karena dirinya yang memulai.

"Bar." Nara menyentuh lengan Barra.

"Apa si, ngga usah pegang pegang." Barra menepis tangan Nara.

"Kok kasar?"

"Siapa?" tanya Barra.

"Kamu."

"Aku kan, bukan kamu, ngga usah bawel." Sangat ketus.

"Aku harus minta maaf berapa kali biar kamu maafin?" tanya Nara begitu sabar menghadapi Barra.

Barra menutup wajahnya dengan selimut "Pergi dari sini."

"Nggak." Nara bersikeras untuk tidak keluar dari kamar Barra.

Barra berdecak, "Ck, terserah." Barra membelakangi Nara.

"Bar, ada orang loh, kenapa di belakangin?" tanya Nara, Barra hanya diam.

"Aha, aku punya ide, pura pura mau lompat dari balkon deh, siapa tau Barra maafin." Ide konyol dari gadis itu mulai merajalela.

Nara berjalan ke arah pintu balkon kamar Barra, suara putaran kunci membuat Barra membuka selimutnya dan melihat gerak gerik Nara yang seperti anak kecil kabur dari ibunya yang berusaha menidurkan di saat waktu tidur siang telah tiba.

Nara mulai menjalankan aksinya, kaki gadis itu sedikit naik di bagian besi teralis paling bawah.

Nara menoleh kebelakang untuk melihat apakah Barra sudah bangun dari posisinya dan berniat untuk mencegah Nara, namun ternyata pria itu tetap dengan kenyamanannya.

"Naik lagi sedikit deh." ujar Nara dalam hati.

Lututnya sudah menyentuh besi bagian atas, "ih, Barra kok ngga teriak 'Nara jangan macem macem'," gumamnya.

Nara menaikkan sedikit kakinya lagi di teralis tingkatan ke tiga. Lutut yang sudah tidak menempel di besi membuat dia sedikit kesusahan untuk mengatur keseimbangan.

Tiba tiba,ada sebuah tangan menarik bajunya dari belakang, "jangan gila, akal di pake, makin lama makin bego tingkahnya." ujar Barra.

Nara terjatuh di lantai akibat Barra yang menarik dirinya, namun Barra tidak menolongnya sama sekali.pria itu kembali merebahkan tubuhnya di kasur.

"Ih, ngeselin dasar es batu." gerutu Nara sambil bersusah payah bangkit dari jatuhnya.

Nara masuk kembali ke kamar Barra, gadis itu duduk di kursi dengan wajah cemberut.

"Barra, aku sayang sama kamu, jangan cuekin aku doong," ujarnya seperti anak kecil.

Barra tidak memperdulikan nya.

"Barraaaa," Nara sedikit berteriak sambil menggoyangkan tubuh Barra.

Barra duduk, pria itu menatap tajam gadisnya, "Diem deh, pusing kepalanya tau nggak, ribut mulu." Barra memarahi Nara.

Is He Mine? '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang