Part 23 🦋 Posesif

2.2K 228 12
                                    

"Aku boleh minta tolong nggak?" tanya Barra.

"Apa?"

"Sebelumnya aku mau nanya dulu."

"Boleh."

"Kalau aku kenapa napa, kamu khawatir?" tanya Barra, Nara pun mengangguk.

"Kalau khawatir capek nggak?"

"Capek lah, bawannya geris terus."

"Itu yang aku rasain ra, kamu selalu ini itu, bikin aku khawatir, jadi aku minta tolong sama kamu, stop aneh aneh ya, aku ngga mau kamu kenapa napa, ngga tau udah berapa kali aku ngomong gitu, tapi bener ra, aku sayang sama kamu nglebihin ke diri aku sendiri." Barra begitu tulus, membuat air mata Nara bergelimang di pelupuknya.

"Maaf yaaa."

"Aku yang minta maaf. Maaf karena aku terlalu posesif sama kamu, kalau kamu ngga suka, kamu boleh bilang ra, nanti aku stop buat larang ini itu ke kamu, aku bakalan diem walaupun aku khawatir sama kamu. Iya Alay, tapi kenyataannya emang gitu, aku sesayang itu sama kamu."

Nara langsung memeluk Barra, "Aku seneng banget kamu kaya gitu ke aku, tau nggak kenapa aku sering buat kesalahan sama kamu? Karena aku suka di marahin sama kamu Barra, marahnya kamu itu karena sayang, bukan karena ngga peduli atau pun ngga suka, kenapa aku sering makan pedes dan up di sosmed, itu sengaja biar kamu larang aku, kamu ngerubah aku Barra, yang tadinya aku anti sama kaya gitu, aku sekarang seneng bisa berbaur dengan teman teman walaupun hanya lewat sosmed, bahkan kamu bisa ngerubah aku jadi orang yang care sama orang baru. Hanya saja kadang aku kurang bersyukur dengan apa yang tuhan berikan ke aku lewat kedatangan kam, kamu maun hukum aku? Boleh kok." Nara melepaskan pelukannya, gadis itu mendapatkan tatapan hangat dari sang kekasih.

"Aku mau hukum kamu atas dasar apa?" tanya Barra dengan tatapan tengil.

"Karena aku sering bandel sama kamu, susah di bilangin sampai aku bikin kamu khawatir."

Barra menoel hidung Nara, "liat kamu sakit aja aku ngga tega Nara, mana bisa aku kasih hukuman sama kamuuu," ujar Barra.

"Aku ngga bisa ngomong apa apa selain terimakasih dan maaf ke kamu," ujar Nara membuat Barra terdiam cukup lama.

Mata mereka saling tatap.

"Tadi kamu ngomong apa? kamu seneng liat aku marah-marah hm?" tanya Barra.

"Iyya, seneng banget." Nara tersenyum.

"Dasar yaaa, seneng banget bikin pacarnya marah marah." Barra mencubit pipi Nara gemas.

"Maaf yaaa, tapi sekarang aku janji deh, ngga bakalan sengaja bikin kamu marah lagi, tapii kalau aku lupa maap yaa."

"Iya sayang." Barra tersenyum. Satu bulan lamanya dia tidak mengobrol panjang dengan gadisnya, namun, baru saja sehari dia bisa kembali seperti dulu, Nara harus di rawat di rumah sakit dan tidak bisa beraktifitas terlalu banyak.

"Gimana? Masih sakit perutnya?" tanya Barra.

Nara mengusap perutnya, "Udah nggak."

"Mau keluar ngga? Ke taman rumah sakit mungkin," ujar Barra.

"Mauuu, aku boseen."

"Aku ambil kursi roda yaa."

"Ngga usah Barra, jalan aja ngga papa."

"Bener?" tanya Barra, Narra pun mengangguk.

Barra membantu Nara untuk memegang alat infusnya.

"Maaf ya ngrepotin," ujar Nara.

"Nggak, jangan pernah ngerasa kamu ngrepotin aku, aku sama sekali ngga pernah ngerasa kamu repotin aku." Pengakuan Barra membuat Nara sedikit tersentuh, gadis itu terdiam menatap mata Barra yang balik menatapnya.

Is He Mine? '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang