Part 33

1.6K 191 18
                                    

Deretan bangunan kosong di depan sana membuat nyali yang Nara yang biasanya berani kini sedikit menciut, ntah apa yang Barra rencanakan, bisa bisanya pria itu membawa kekasihnya di pedesaan yang  begitu sepi bahkan tidak ada satupun rumah dengan lampu yang menyala, hanya lampu dari tiang listrik di pinggir jalan dan senter mobil yang menerangi pandangannya.

"Barra, kita mau kemana si?"

"ada deh, bentar lagi juga nyampe"

"kenapa harus lewat sini?"

"biar cepet"

"ini desa mati ya?" tanya Nara

"iya, kata cerita cerita orang si dulu desa ini banyak penduduknya, tapi karena pabrik itu tuh" Barra menunjukkan bangunan besar yang sudah runtuh, "karena pabrik itu kebakaran, semua rumah ikut kebakar, apalagi disini rumahnya samping sampingan banget"

"pabrik apasi?"

"kurang tau,tapi kayaknya yang mudah terbakar gitu deh"

"kenapa mereka ngga renovasi rumahnya aja ya"

"ngga ada biaya mungkin"

"pindahnya kemana?"

"ngga tau sayang"

"kirain aku, kamu mau macem macem sama aku?"

"Nggak lah Naraa, mana mungkin aku mau macem macem sama pacar aku sendiri"

"kan kiraiiin"

"udah yaa, mending kamu diem aja, pasti takut kan"

"sedikit"

Setelah kurang dari lima belas menit mobil baru yang mereka tumpangi melintasi desa mati, kini akhirnya Barra menghentikan mobilnya di depan toko yang begitu besar dengan lampu kerlap kerlip yang menghiasi kaca besar di depannya. Nara merasa lega karena akhirnya Barra membawa dirinya ke tempat yang ramai dan penuh penerangan.

"Ngapain?" tanya Nara.

"Mamah mau ulang tahun, temenin aku pilihin tas buat mamah ya, mamah pengen tas soalnya." ujar Barra.

"harus tas?"

"ngga juga, tapi aku maunya tas"

"kenapa?"

"mamah ngga punya tas baru"

"sandal ajaa, atau dress gitu"

"mamah udah bukan anak muda lagi Nara"

"tapi kan sekarang mamah kamu punya usaha besar, jadi harus berpenampilan elegan, iya kan?"

"iya si, jadi aku harus beli apa?"

"terserah kamu si, tapi saran aku mah dress atau sandal gitu"

"maunya tas, tapi karena kamu ngasih pendapat gitu, akunya bingung mau beli apa"

"jangan dibikin bingung, kita liat liat aja dulu, kalau ada yang cocok baru kita ambil"

"tiga tiganya aja kali ya"

"boleh deh"

"ok"

"sayang, ngga ada jalan lain selain desa mati tadi ya?" tanya Nara.

"Ada kok, tapi emang itu jalan pintas biar deket aja." jawabnya.

"Pulangnya jangan kesitu ya, aku takut."

"Iya sayang." Barra mengusap kepala Nara, "masuk yuk, nanti keburu kemaleman."

Nara dan Barra pun memasuki toko tersebut, dari aksesoris kecil sampai tas tas branded dengan harga yang sangat jauh dari kata murah.

Is He Mine? '2'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang