بسم الله الرحمن الرحيم
~Happy Reading~
🦋🦋🦋
Dikediaman rumah Zaid, seorang pemuda yang masih mengenakan baju kokonya selepas sholat subuh tadi di masjid itu, kini tengah termenung di teras balkon kamarnya. Sebari membawa buku yang kemarin sempat ia beli. Udara pagi subuh ini sangat menenangkan jiwa dan sanubarinya.Melihat buku yang digenggamnya ia mulai membaca sampul bukunya yang berjudul "Tuhan Ada Di Hatimu" dan disertai juga dengan nama penulisnya, seorang pendakwah muda terkenal yaitu Habib Husein atau yang kita kenal dengan Habib Ja'far.
"Tuhan ada di hatimu" kalimat pertama yang ia baca dengan disertai sebuah bangunan masjid dan kutipan kutipan di halaman pertamanya. Dari kutipan kutipan itu Habib Ja'far mengajak kita untuk melihat hal-hal yang berada di sekitar kita sebagai tanda-tanda kehadiran dan kebesaran-Nya. Kutipan yang pertama yaitu "Bumi ini sejatinya adalah masjid, dimanapun kita bersujud dan menyebut nama-Nya di situlah Tuhan berada, tidak terbatas hanya pada bangunan yang kita sebut masjid."
Daftar isi bukunya dibagi menjadi 4 tema yang berbeda, yaitu hijrah, Islam yang bijak, akhlak Islam, dan tentang toleransi. Tema di atas merupakan respon terhadap isu-isu yang kekinian. Husein Ja'far atau yang lebih sering dipanggil Habib Husein mampu menjelaskan penjabaran fenomena ini dengan praktis namun dengan bersumber kepada kitab klasik maupun Al-Quran dan hadist.
Baru membaca awalnya saja sudah sangat menarik, apalagi isi dari semuanya. Kemudian Azka melanjutkan membuka lebaran lembaran selanjutnya.
Tema yang pertama sangat pas untuk dirinya yang mulai berhijrah.
Hijrah itu tidak sekedar berubah dari yang jahat menjadi yang baik, yang belum berkerudung menjadi berkerudung, dari tak berjenggot menjadi berjenggot, tapi lebih ke substansi sebagai seorang muslim. Kita harus lebih murah senyum, bersikap lebih ramah kepada orang lain, lebih maju dalam ilmu pengetahuan, dan memiliki kepekaan sosial.
Hijrah jangan hanya berhenti di satu titik, karena menimba ilmu harus terus menerus. Seorang yang hijrah juga seharusnya mampu menghadapi perbedaan, tidak boleh sampai mengkafirkan yang lain. Karena perbedaan adalah rahmat dari Allah SWT, juga merupakan sunatullah. Islam adalah agama yang tegas, bukan keras.
Habib Husein juga menuliskan pernyataan yang menarik yaitu: bukanlah kembali kepada Al-Quran dan Sunnah, akan tetapi berangkat dari Al-Quran dan Sunnah. Maksudnya adalah mempelajari Al-Quran dan Sunnah itu menggunakan akal dan hati, kemudian kita ajak Al-Quran dan Sunnah bersinergi dengan ruang dan zaman di mana kita hidup. Substansi inilah yang penting kita pegang sebagai seorang muslim. Penting juga untuk mencari pendakwah yang mempersatukan, bukan menceraiberaikan.
Dari tema pertama ini ia sudah sangat memahami bahwa hijrah itu tidak sekedar dilakukan dengan mengubah penampilan luarnya, tapi hati dan jiwanya juga harus kita luruskan dengan niat karena Allah ta'ala. Dan terus menjadikan diri kita menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Takdir-Nya (On Going)
EspiritualSetiap temu dan kehilangan merupakan sebuah takdir. Mereka yang ada bersama-mu hari ini, mungkin tidak akan terus menetap sampai akhir. Dan mereka yang belum pernah terlintas kehadirannya, mungkin akan menjadi orang yang temani pijakamu dihari esok...