بسم الله الرحمن الرحيم
~Happy Reading~
🦋🦋🦋
Mengapa rasanya begitu melelahkan ya. Padahal Fiya hanya duduk, membaca materi dan mengerjakan beberapa soal yang ditugaskan. Tapi energinya seperti terkuras habis
"Mau nitip sesuatu gak?" tanya Raisya yang berada di sebelahnya. Kini tinggal mereka berdua yang berada di dalam kelas. Istirahat sudah beberapa menit yang lalu, tapi kedua gadis itu masih duduk anteng di bangkunya masing masing.
Raisya menghela nafas kecil, baru kali ini ia melihat ada kantung mata dari mata sahabatnya, ditambah matanya yang begitu sayu seperti jombi yang kurang tidur.
"Aku nitip air mineral aja" sahut Fiya sebari memberikan uang 5ribu ke arah Raisya
"Muka Lo pucet tau!" Ucapnya dengan nada sedikit kesal. Ia tau apa yang dirasakan sahabatnya saat ini. Ia juga sudah mendengar cerita dari Fiya kalo ibunya sedang sakit.
Fiya mengeluarkan handphonenya, ia membuka kamera dan melihat wajahnya di dalam sana. Wajahnya memang terlihat pucat.
Dari semalam Fiya memang tidak bisa tidur, mengingat ibunya sedang sakit membuat dirinya hanya bisa tidur 2 jam saja.
Kemarin malam bibinya inging membawa ibunya kerumah sakit, karena saking paniknya melihat Nia pingsan dengan darah yang lumayan banyak keluar dari hidungnya. Tapi ibunya itu keburu sudah sadar, dan alhasil ketika ingin dibawa, Nia menolak keras untuk diperiksa. Katanya nanti saja ketika sudah membaik.
"Tante Nia pasti cepet sehat lagi, bukannya orang yang diberikan sakit itu tanda Allah sayang ya. Itu kata Lo sendiri lohh. Lo tenang aja Ayah Byan juga ada nemenin tante Nia kan"
Melihat sahabatnya hanya diam Raisya kembali berucap "Udah jangan berpikir kemana mana, mending jajan yuu. Perut Lo harus di isi noh. Udah mah gak bisa sarapan pagi mau sok soan gak di isi! Jangan bikin gue tambah khawatir karena liat Lo kayak gini ya!" Cerocosnya dengan kesal
Fiya tersenyum "Tarik nafas dulu Ra" candanya
"Ck"
Melihat sahabatnya begitu khawatir, membuat dirinya jadi merasa bersalah "Maaf kalo aku bikin kamu khawtir. aku gapapa ko Ra, kamu tenang aja." ucapnya kembali tersenyum
"Stop stop, jangan bikin melow disaat panas mentrang kanu Tarang kaya gini ya Alfiya Aulia Humaira!" Tekannya dengan mengangkat tangan seperti tukang parkir
"Apa sih Ra" kekeh Fiya, bisa aja candaan sahabatnya ini
"Udah ahh gue mau ke kantin dulu, Lo tunggu disini. Jangan kemana mana ya. Nanti kita harus mukbang!" Ucapnya langsung melenggang pergi
Fiya tersenyum manis "Terimakasih karena kamu selalu buat aku tersenyum Ra" Gumamnya
Melihat tidak ada siapapun di kelasnya, Fiyaa menyandarkan kepalanya keatas meja "ya Allah.." gumamnya pelan. Tiba tiba air matanya menetes perlahan membasahi pipi tembamnya itu. Ntah apa yang dirasakannya sekarang, tapi rasanya begitu campur aduk.
Tidak ingin terlihat oleh siapapun Fiya buru buru menghapus air matanya yang terus mengalir.
Tapi ketika hendak menghapus air matanya, Fiya mendongak melihat seseorang yang berdiri di depan pintu kelas. Pandangan mereka bertemu, Fiya yang biasanya langsung memutuskan kontak, kali ini ia terdiam melihat mata legam itu beberapa detik. Sampai akhirnya Fiya kembali menunduk.
"Maaf" ucap pemuda itu kembali keluar
Tangannya mengepal sampai urat uratnya terlihat. Rasanya begitu sakit ketika melihat mata teduh itu menangis. Ada apa dengannya? Wajah yang selalu tersenyum itu begitu terlihat pucat. Apakah ia sakit kembali? Begitu banyak pertanya di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Takdir-Nya (On Going)
روحانياتSetiap temu dan kehilangan merupakan sebuah takdir. Mereka yang ada bersama-mu hari ini, mungkin tidak akan terus menetap sampai akhir. Dan mereka yang belum pernah terlintas kehadirannya, mungkin akan menjadi orang yang temani pijakamu dihari esok...