Chapter 20

1.5K 166 15
                                    

"Adek! Hurry up!"

Rora berteriak dari lantai bawah, memanggil-manggil adiknya yang tak kunjung muncul. Yang sebenarnya adalah bahkan Rora tidak tau adiknya itu sudah bangun atau belum.

Ia terus melirik cemas jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 06.30, yang berarti 45 menit lagi jam pelajaran akan segera dimulai. Sementara mereka belum sempat sarapan.

Di luar dugaan, seseorang yang Rora panggil malah muncul dari arah meja makan membuat Rora bingung melihatnya.

"Lho, kok adek disini?"

Canny ikut bingung. "Maksud kakak? Kan aku habis sarapan."

Rora melongo. "Lah, kakak kira kamu masih siap-siap di kamar."

Rora kemudian memperhatikan penampilan sang adik yang sudah rapi dengan seragam sekolah lengkap.

"Kamu kesambet apaan? Tumben pagi-pagi gini udah rapi." tanya Rora masih berkutat dengan rasa herannya.

"Emangnya kenapa? Ada yang salah?"

"Ya enggak sih, cuma aneh aja. Biasanya kan kamu yang paling lelet siap-siapnya."

Canny mengangguk mengerti. Wajar saja Rora merasa aneh, pasalnya apa yang terjadi hari ini adalah hal langka. Canny sudah bangun pagi-pagi sekali bahkan tanpa perlu dibangunkan.

Bukannya tanpa alasan, semua yang terjadi hari ini adalah bagian dari usaha Canny untuk berubah demi tidak merepotkan kakak-kakaknya lagi.

Canny sangat serius soal keinginannya untuk menjadi mandiri, walaupun sifat dan tingkah menyebalkannya akan susah diubah setidaknya Canny ingin jadi pribadi yang lebih mandiri dengan tidak selalu bergantung pada kakak-kakaknya.

"Adek sarapan apa?"

"Roti sama susu."

Rora mengangguk paham.

"Adek!"

Suara teriakan Ruka membuat Rora dan Canny refleks menoleh, terlihat si sulung dengan langkah sempoyongan tengah menuruni tangga ditambah muka bantalnya.

Gadis lain yang juga mendengar teriakan Ruka nampak keluar satu per satu dari kamarnya.

"Kak Ruka kenapa?" tanya Canny yang namanya disebut oleh Ruka.

Bukannya menjawab, Ruka malah nampak mengelus dadanya seolah lega akan sesuatu.

Rora dan Canny menatap heran kelakuan kakak tertuanya itu.

"Astaga adek, kakak cari-cariin di kamar gak ada tau-taunya udah ada disini." ujar Ruka.

"Tumben bangun sendiri, biasanya harus nunggu kakak teriak-teriak, marah-marah dulu baru mau bangun."

Diberi pertanyaan yang sama lagi dan lagi, Canny jadi malas sebenarnya. Apakah sebegitu mengherankannya jika ia ingin berubah.

"Adek cuma mau belajar mandiri, biar gak ngerepotin kakak terus karena harus bangunin adek pagi-pagi." ujar Canny sambil menunjukkan senyuman pepsodent-nya.

Namun berbanding terbalik dengan raut bersemangat yang diperlihatkan Canny, Ruka yang mendengar niatan adiknya malah merasa hatinya mencelos.

Ada perasaan aneh yang memenuhi hati Ruka. Ia tak pernah melihat sorot seserius itu dari kedua mata kucing milik adiknya.

Ini bungsu gue beneran udah gede ya? Kok gue gak rela rasanya. Batin Ruka.

"Halah, bocah manja yang masih suka ngerengek minta susu coklat sok-sokan mau mandiri. Kalau manja mah manja aja dek." Hara yang baru saja tiba dan mendengar semua yang diucapkan Canny menimpali dengan kalimat ejekannya.

Daddy's Girl (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang