Chapter Seven

6.7K 590 9
                                    

"Hai, how are you feeling?"

Freya menatap pria rupawan dengan gaya rambut medium length slicked back yang tersenyum padanya, ia kemudian mengerjapkan matanya berkali-kali hingga akhirnya ia menyadari bahwa ia berada dalam ruangan yang asing. Dimana ini?

Bau karbol menguar di indera penciuman Freya dan mengirimkan stimulus bau familiar tersebut ke otaknya, tidak butuh waktu lama bagi Freya untuk menyimpulkan bahwa ia sedang berada di rumah sakit, lagi.

Freya mencoba untuk bangun setelah ia menyadari bahwa ada selang yang tersambung di tangannya, namun sang dokter menahannya.

"Kamu butuh istirahat dulu." Ucap Kaiser kembali melakukan pemeriksaan kepada Freya Jane.

"Jadi bagaimana dia, dokter?" Tanya Mia khawatir.

"Dia kurang istirahat dan juga cairan dalam tubuhnya. Saya sarankan dia opname sekurangnya tiga sampai lima hari."

"Apa? Tidak. Saya ada script reading untuk proyek baru besok dan syuting iklan-"

"Bisakah kita bicara di luar?" Kaiser bertanya kepada Mia tanpa mengindahkan Freya.

Setibanya mereka berdua pada lorong rumah sakit yang luas dan tenang, sang dokter mulai memaparkan kondisi Freya pada Mia.

"Tadi kamu bilang dia sudah pernah dua kali mengalami hal serupa selama empat bulan belakangan? Kenapa kalian tidak pernah membawanya ke rumah sakit? Aktris kalian butuh istirahat dan perbaikan gizi. Berat badannya dibawah standar. Jika ini diteruskan, hal tersebut akan membahayakan kesehatannya."

"Baik, dokter. Sebisa mungkin kami akan mengurangi jadwalnya. Kami sudah sering memperingatkannya, segala kepadatan jadwal ini ada karena permohonannya, ia sendiri juga yang meminta untuk tidak dibawa ke rumah sakit. Dia sangat keras. Apa bisa dokter berbicara dengannya?"

Kaiser Kintagioro menganggukkan kepalanya. Ia kembali masuk ke bilik perawatan VVIP di rumah sakitnya.

"Asisten dan manajemenmu sepakat dengan kami. Bahwa kamu harus menerima perawatan selama tiga hari. Istirahatlah dan makan dengan cukup, jika kamu memang sudah siuman, kamu akan boleh keluar lebih cepat."

"Saya benar-benar tidak bisa tinggal di sini selama tiga hari, saya punya pekerjaan, dokter."

"Bukannya sayang kalau aktris sehebat kamu mati muda?"

"Apa?" Freya mengernyitkan keningnya. Siapa sih yang membawanya ke rumah sakit ini? Dokternya tidak punya sopan santun.

"Sekalipun tubuhmu adalah mesin, tetap harus diistirahatkan agar tidak rusak dengan cepat. Apalagi semua kegiatan berat yang kamu lakukan itu jelas di luar kapasitas tubuhmu sekarang, kamu pasti tidak jarang merasa lemas, kehilangan keseimbangan, bukan? Jika kemarin kamu hanya keseleo, besok-besok mungkin akan patah tulang serius dan kamu tidak akan bisa bekerja untuk waktu yang lebih lama lagi. Oh iya, for your information, kurang gizi berkelanjutan bisa membuat penuaan dini. Saya rasa kamu pastinya mengerti dengan standar ganda pada masyarakat dalam menanggapi penuaan pada pria dan wanita?"

Freya bergeming, ia kemudian menarik napas dalam. Walaupun pria di hadapannya tampak terlalu mengada-ngada, tapi sebenarnya ada benarnya.

"Lagipula, apa yang kamu kejar dengan bekerja sekeras itu? Apa itu lebih berharga dibanding kesehatan dan hidupmu sendiri?"

Freya tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

"Ngomong-ngomong, saya dokter Kaiser Kintagioro. Kepala Divisi Bedah Umum Kening Freya mengernyit. Kintagioro? Dokter bedah umum? Seperti bisa membaca pikiran Freya, Kaiser membuka mulutnya. "Saya meninggalkan pekerjaan saya yang sangat penting untuk memeriksa keadaanmu karena permintaan Aldwin. Kalau kamu mau tahu bagaimana kamu dibawa ke sini, kamu diterbangkan dengan helikopternya. Bersama dengan asistenmu."

Freya melongo, Mia yang berada di belakang Kaiser menganggukkan kepalanya sebagai bentuk verifikasi kebenaran atas yang dikatakan oleh Kaiser. Itu dramatis sekali. Terlebih, kenapa Aldwin melakukan itu? Mengenalnya saja tidak.

"Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau sembuh, minimal hargai effort saya merawat pasien yang sebenarnya bukan urusan saya. Dan lagi, sepupu saya tidak membayar murah untuk perawatan kamu." Kaiser menutup kalimatnya dengan senyuman.

Freya membuang napas dengan kasar, selain tampan, mereka juga punya kesamaan lain, yaitu sombong dan menyebalkan. Tidak mengherankan bila mereka memang satu keluarga.

"Begitu dulu, ya. Tenang saja, layanan kamar VVIP di rumah sakit kami ini sangat nyaman dan bisa membuatmu merasa seperti di rumah. Oh iya, seterusnya Dokter Olivia yang akan mengurusmu. Dokter Olivia adalah dokter spesialis gizi terbaik di rumah sakit kami."

***

"Besok pagi, Hydra Glide sudah harus di rumah gue."

Aldwin memasukkan sebelah tangannya ke saku celana Dormeuil-nya. "Ya, I don't like it anyway. Motor tua juga itu. Lalu gimana dia?"

"Hm.. cantik sih memang. Tapi agak tidak bersahabat dan keras kepala orangnya,."

"Bukan itu, Kaiser bego. Maksud gue keadaannya."

"Oh.. kurang istirahat dan kurang gizi. Gue udah nasehatin dia dengan baik kalau dia harus istirahat, dan ya dia bakalan dirawat paling dua sampai tiga hari deh."

"Oke."

"Keluarga lo lagi pada doyan artis apa gimana?" Celetuk Kaiser sambil terkekeh mengejek.

"Masalah Aidan itu udah lama."

"Oh.. kalau gitu, care to explain who she is? Aneh aja lo sampai harus sejauh ini urusin orang lain. Sampai gue juga diseret. Terus, menurut lo Grams sama tante Naomi bakalan approve?"

"As far as I'm concerned, gue cuman utang Hydra Glide sama lo, bukan penjelasan. Kalo lo masih mau motornya, lebih baik jangan banyak tanya dan tutup mulut."

"Okay okay, for the sake of Harley Davidson, gue akan menutup rapat mulut ini dari Grams dan yang lainnya dan menganggap kalau hari ini nggak pernah terjadi. Do as you please. Jangan kebablasan aja kayak Aidan." Aldwin mendengus cuek sebelum memutus telepon dan memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Aldwin melangkah keluar dari lift khusus direksi rumah sakit saat angkutan transportasi vertikal itu berhenti di lantai 8, lantai khusus untuk tamu VVIP. Hanya terdapat 5 kamar di lantai tersebut, kelima ruangan tersebut menggunakan penamaan dalam bahasa sansekerta yang memiliki makna positif. Kaki panjang pria itu berhenti di ruangan Vara, Vara berarti diberkati. Ruangan tersebut juga pernah menjadi ruangan persalinan putri kedua raja Keraton Yogyakarta. Laki-laki itu menekan bel di pintu sebelum kemudian menekan tombol untuk membuka pintu bilik perawatan secara otomatis.

Ruangan tersebut tenang sekali dan hanya diterangi oleh cahaya remang-remang. Ini aneh, seingatnya tadi Kaiser bilang bahwa saat ini Freya sendirian, kedua asistennya pulang untuk mengambil keperluannya. Pria itu menekan tombol otomatis agar pintunya kembali tertutup. Baru beberapa langkah ia berjalan masuk, suara isak tangis sudah memenuhi indra pendengarannya.

"Freya?"

Dengan perlahan ia menghampiri brankar, ia bisa mengonfirmasi bahwa gadis yang sedang membelakanginya itu adalah Freya yang sedang menangis. Gadis itu memang penuh kejutan.

***

Dancing with Our Hands TiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang