Chapter Twenty Three

5.2K 489 47
                                    

Riuh tepuk tangan dan sorakan bahagia dari penonton yang mengisi penuh atrium Pacific Place, mengiringi kepergian Freya dari panggung. Hari ini, ia menghadiri acara launching produk baru Mikaela di Indonesia, brand kosmetik high end yang ia wakili secara global. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Mbak Ina tempo lalu, Freya masih boleh melakukan kegiatan yang tidak mengharuskannya bekerja back to back, yakni kewajibannya sebagai brand ambassador.

Gadis berambut panjang itu tampak sangat memesona saat ia berjalan melalui beberapa outlet premium di mall dengan dress latex hitam bersiluet mermaid dari Saint Laurent. Ia sesekali tersenyum kepada kerumunan yang berada di balik pagar pembatas.

"Nggak apa-apa, tunggu sebentar ya." Ucap Freya kepada salah satu pria dengan jas hitam yang bertugas mengawalnya hari ini.

Sang aktris menghentikan langkahnya, menerima sodoran bunga dari para penggemarnya.

"Makasih dukungannya.. Hati-hati ya waktu pulang nanti." Ucapnya sambil tersenyum.

Tidak berhenti di sana, dengan sabar ia menanggapi satu persatu permintaan foto bersama dari orang-orang yang berada di balik partisi kecil tersebut. Bila para pengawalnya tidak meminta Freya untuk kembali berjalan, mungkin gadis itu akan tetap berada di pertengahan mall ini hingga larut, meladeni semua orang yang hadir.

"Mbak Freya, wawancara dong.. udah sehat kan?" Teriak beberapa wartawan yang kini mengerubungi Freya, jarak mereka lumayan dekat, hanya wartawan itu terhalang bodyguard yang bertugas menjaga jarak antara para wartawan dengan artis mereka. Tangan para wartawan menyelip dari balik sela-sela tubuh para bodyguard untuk mengarahkan mic kepada Freya, berharap bisa mendapatkan klarifikasi atas informasi terkini yang viral dari orangnya sendiri.

Aktris berusia 27 tahun itu lantas berbalik dan menghentikan kembali langkahnya.

"Iya. Tapi jangan wawancara saya deh, saya lagi nggak ada karya."

"Mbak Freya gitu banget dari dulu. Banyak juga artis yang nggak punya karya tapi tetap senang diwawancara. Nggak usah ngomongin karya mbak."

Freya menyunggingkan senyuman lebar, ia lalu menggelengkan kepalanya pelan. Semua isu yang beredar telah dan akan diklarifikasi oleh manajernya, jadi dia tidak ingin banyak bicara. Ini juga bukan kali pertamanya dia diterpa isu tidak sedap, dia sudah memutuskan untuk tak ambil pusing, yang akan ia lakukan adalah dengan menjauhkan diri dari ponsel dan beritanya di internet, sebab beban pikirannya sudah terlalu banyak akhir-akhir ini.

"Jangan dong.. nanti melenceng dari kerjaan saya."

"Mbak nggak mau klarifikasi sama berita yang beredar? Rosalie ngatain Mbak Freya pelakor ganjen tuh!"

"Iya nih, Mbak Freya gimana juga tuh Kennard Limuel yang akhir-akhir ini posting mbak Freya lagi? Lagunya ada yang tentang Mbak katanya! Kode keras tuh! Digantungin aja nih?? Udah bertahun-tahun loh."

"Sama mbak Freya percaya tim bumi gepeng atau bumi donat?"

"Mbak Freya bias-nya siapa di BTS?"

"Maaf ya, nanti pas film saya udah rilis baru kita ketemu lagi ya. Saya pasti jawab semua pertanyaan tentang film."

Berbagai suara lainnya terus bersahutan. Namun Freya memilih untuk senyum dan berjalan tanpa mengindahkannya, melihat gadis itu kembali, membuat suasana hati Aldwin membaik.

Pria itu telah mengamati sang bintang sejak pertengahan acara, bagai penggemar rahasia, berdiri sendirian, jauh dari para penonton. Ia seolah tidak peduli dengan Freya yang kini telah mengkonsumsi waktunya, sesuatu yang dulu enggan ia berikan secara cuma-cuma kepada orang lain selain keluarganya.

Dancing with Our Hands TiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang