Chapter Two

11.9K 721 5
                                    

Lindsay Tami merupakan aktris cilik yang sudah mulai kehilangan pamornya di industri hiburan dan untuk mempertahankan eksistensinya di dunia hiburan, ia membutuhkan sesuatu yang mampu menyedot perhatian publik, cara termudah untuk berada di bawah lampu sorot publik adalah dengan skandal, terutama dengan orang paling tidak diduga, Aidan Kintagioro, anggota dari keluarga terkaya di Indonesia yang tidak pernah tersorot media. Sayangnya, Lindsay tidak tahu dengan siapa ia berhadapan. Nyatanya pria di seberangnya itu, sangat kontras dengan penampilannya yang cerah dan rupawan. Bagi sebagian orang, pria itu adalah perwujudan mimpi buruk, tidak ada orang waras yang ingin mencari masalah dengannya.

    "Miss Lindsay Tami, I suggest you to choose your battle wisely. Apa yang membuatmu berpikir bahwa kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau setelah kamu menyebarkan hal-hal yang mendiskreditkan keluarga kami?"

    "Tapi.."

    Aldwin kemudian membuka sebuah file yang baru ia terima beberapa menit lalu dari private investigator-nya, butuh waktu hampir dua jam untuk memroses informasi tentang wanita itu. Jika saja PI-nya lebih cepat, maka ia tidak perlu berhadapan dengan gadis keras kepala dan arogan seperti tadi.

    "Linda Asyanastuti Tami, ibumu adalah seorang wanita panggilan, ayahmu tidak diketahui, dan setiap bulan kamu mengirimkan 50 juta ke rekeningnya. Bukannya itu sangat kontras dengan apa yang kamu branding di WikiPedia? Agak tidak masuk akal ya, jika kedua orang tuamu tiba-tiba beralih profesi menjadi seorang guru dan meninggal akibat kecelakaan pesawat? Kamu pikir, bagaimana jika saya menyerahkan ini kepada koneksi saya di media?" Sebelah bibir pria itu terangkat.

    Pria itu bisa melihat gurat panik menghantui wajah gadis di hadapannya. Gadis itu menelan ludahnya.

    "Sejauh yang saya lihat, karier kamu di industri ini masih terbilang cukup baik. Kamu masih bisa bersanding dengan aktris nominasi Oscar kan, bila saya tidak salah, namanya Freya? Saya sudah banyak ketemu orang-orang seperti kamu, terobsesi untuk keluar dari kehidupan yang menyedihkan dengan dalih memiliki ambisi, kan?

Tapi, kamu perlu tahu, ambisi perlu diimbangi dengan perhitungan realistis dan kemampuan yang cukup. Jika tidak, yah kamu akan bernasib sama seperti Ikarus, lelaki yang terbang terlalu dekat dengan matahari. Ikarus telah memberi contoh untuk mengakui bahwa kapasitas semua orang ada batasnya. In case you don't know, satu telepon dari saya, bisa membuat kalian semua yang berada di sini kehilangan pekerjaan. Dan khusus untuk kamu, mungkin masa kini dan juga masa depan."

    "Kalau saya jatuh, saya juga akan menarik kalian turun bersama saya." Ucap gadis itu dengan penuh kebencian.

    Aldwin tersenyum sinis.

    "You've got quite a spirit. Kamu pikir kamu siapa? Apakah kamu masih tidak mengerti posisimu? Kamu adalah Ikarus, dan saya adalah matahari. Hanya karena hidup di bawah lampu sorotan, kamu berpikir semua orang bisa mempercayaimu begitu? Apakah kamu lupa, ada orang yang bisa mengendalikan sorotan, dan kamu bukan salah satunya."

Iblis. Umpat Lindsay dalam hati. Gadis itu menelan ludahnya dengan cepat, apa yang dikatakan pria itu benar.

"Selagi saya masih berbaik hati, katakan-lah kepada publik bahwa semua itu merupakan kebohongan, saya akan menghapus semua artikel yang beredar, dan memberimu peran utama pada proyek blockbuster, bagaimana?"

Tidak butuh waktu lama bagi Lindsay menganggukkan kepalanya dengan cepat, ia juga bukannya bodoh mempertaruhkan kesempatan emas ini.

"Well then, we have a deal. Besok pengacaraku akan mengirimkan detail-nya."

Aldwin lantas berdiri dan beranjak dari ruangan sutradara yang dipinjamkan untuknya, permasalahan adiknya sekali  lagi ia selesaikan. Aldwin jelas akan membuat perhitungan dengan Aidan sekembalinya anak itu dari Hong Kong, untuk saat ini ia berharap tidak ada Lindsay lain di luar sana agar tak lagi membuang waktunya. Alasannya masih memberikan imbalan adalah ia mengerti bahwa lebih mudah membuat seseorang memberikan apa yang diinginkan dengan memberikan hadiah daripada ganjaran karena perempuan seperti Lindsay bisa memainkan skema lain sehingga menyebabkan eksposur media yang justru memperkeruh keadaan. 

Dancing with Our Hands TiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang