Chapter Seventeen

5.5K 445 12
                                    

Tiga belas tahun lalu, Freya berusia empat belas tahun. Sendirian di Jakarta, tanpa saudara, hanya Raphael dan Germaina yang notabene adalah teman sekolahnya. Freya diajak Germaina untuk menemaninya ke pemotretan majalah bertema hari ibu bersama dengan ibunya, Elaine Tang.

Memiliki ibu seorang supermodel tidak semerta Germaina memiliki kecintaan dan bakat untuk berhadapan dengan kamera. Maka tidak mengherankan jika Germaina sekaku kanebo kering saat pengambilan foto kala ditinggal ibunya untuk make up. Sementara gadis itu sendiri ingin cepat kabur dari set. Melihat perjuangan sahabatnya itu, Freya yang prihatin lantas membantu mencairkan suasana, membuat Germaina lebih rileks kemudian memberikan beberapa referensi pose dari pengalamannya mengikuti kelas tari balet yang mana berhasil membuat Germaina berpose dengan baik.

Pada momen itu juga, Inara, sang manajer artis yang terlilit utang dan tengah mencoba mencari pundi tambahan sebagai asisten pengarah gaya freelance melihat potensi dalam diri gadis remaja tak berarah itu. Meski Freya tersenyum lepas, Inara bisa melihat ada hal yang berusaha diredam dalam dirinya. Gadis itu punya wajah unik nan fresh, menurut Inara, dia juga memiliki dasar-dasar berakting, segala emosi yang ditampung gadis itu akan bagus jika disalurkan ke sesuatu yang lain.. seni.. akting. 

Meski keras, namun Inara berkontribusi banyak dalam kehidupan Freya, membuatnya menemukan tujuan hidup baru. Setidaknya sekali dalam hidupnya, Freya bisa melakukan apa yang ia senangi, sembari mendapat apa yang selama ini ia idamkan dalam hidupnya– perhatian dan validasi, pertama kali dalam hidupnya, Freya merasa dibutuhkan, ia terus dicari-cari oleh wartawan dan penggemarnya, yah.. walaupun juga tak jarang orang ingin menjatuhkannya. Tetap saja, Freya senang saat ia mendapatkan banyak bunga, dikenal sana sini hingga diajak berfoto saat dirinya yang dulu bahkan tidak pernah dipandang.

Bersama-sama Freya dan Inara menjadi duo yang tak terkalahkan, keduanya selalu membahu hingga bisa mendirikan kerajaan mereka sendiri. Hubungan antara Freya dan Inara sendiri sangat spesial. Maka dari itu, Freya selalu berusaha agar tak mengecewakan Inara, namun pada kenyataannya hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita.

Freya mengisi paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin sebelum masuk ke dalam ruangan sang pimpinan. Dengan perlahan, ia berjalan mendekati wanita paruh baya yang tengah memeriksa konsep photoshoot artis junior mereka.

"Mbak Ina.. sekali lagi saya minta maaf banget. Saya lagi.. Ada masalah dan.." Freya menghentikan ucapannya kala Inara meletakkan dokumen tebal yang ia pegang dan menatap lurus langsung pada mata cokelat Freya.

"Kapan kamu akan menyelesaikannya?"

Freya membuka mulutnya. "Hah..?"

"Masalah yang mengganggu kamu itu.. Masih masalah yang sama, bukan?"

Gadis itu menelan ludah, kemudian mengangguk dengan pelan.

"Kamu pikir selama ini semua masalah itu akan hilang dengan sendirinya bila kamu terus menyibukkan diri.. Tidak terasa sudah tiga tahun kamu menerima proyek demi proyek non stop. Bolak balik LA dan berbagai kota dunia lainnya. Memang sih, dapat hasil memuaskan, popularitas meroket, brand ambassador deals, nominasi, penghargaan.. tapi.. memangnya itu semua yang kamu mau?"

Freya terdiam.

"Karena saya merasa kamu hanya berusaha lari, menggunakan tubuh kamu, berusaha lari dari masalah dan kenyataan. Tapi di saat tubuhmu sudah nggak kuat lagi.. Masalah itu masih ada. Selamanya akan di situ.. Apa yang kamu lakukan cuma mengulur waktu."

"Saya baik-baik aja-"

"Untuk sekarang. Tapi bagaimana dengan besok atau minggu depan? Ini yang selalu kamu katakan dari dulu. Listen, Freya. Apakah aktris-aktris di luar sana masuk rumah sakit sesering kamu?"

Dancing with Our Hands TiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang