Chapter Thirty Three [2]

2K 246 54
                                    

This chapter contain scenes that could be disturbing. Please proceed with discretion.
Bab ini mungkin berisi adegan yang mengganggu.


33.2 Home is Where My Hurt Is (2)

Freya Nichole Loekseno, usia 14 tahun.

Sesaat setelah sedan putih itu berhenti, pintu terbuka dari luar. Gema rinai hujan lebat mulai menyapa indra pendengaran sang gadis. Berdiri di bawah payung yang dipegang Laksmi, gadis yang rambutnya ditata dengan model ikat ekor kuda itu menoleh ke wanita di sampingnya sambil tersenyum. "Bi... aku mau ke mall hari ini, temenin, ya?"

"Bi?" Panggil Freya lagi.

Wajah Laksmi tampak khawatir. "Non... anu... Bibi minta maaf, ya... Bibi lupa langsung kunci pintu kamar Non... terus... tadi... Non Violetta bawa teman-temannya ke kamar Non... saya udah bilang jangan tapi-"

"Non! Jangan kena hujan! Nanti sakit lagi!"

Tak mengindahkan ucapan Laksmi dan air hujan yang kini merembes ke baju seragamnya, Freya tetap berlari sekuat tenaga ke dalam rumah dan bergegas menaiki tangga kayu yang menghubungkan lantai dasar dengan kamarnya di lantai dua.

Dengan napas yang masih tak beraturan, Freya membuka pintu kamarnya. Gumpalan selimut tebal yang tak sempat Freya rapikan tadi pagi masih tergeletak di atas ranjangnya. Sejauh yang bisa dilihat mata, barang-barangnya masih pada posisi semula. Hanya... perpaduan aroma parfum milik Freya dan peninggalan ibunya yang jarang ia pakai menguar dengan kuat sekarang. Gadis remaja itu menggertakkan rahangnya. Siapa pun yang masuk ke kamarnya jelas sudah menyentuh dan menggunakan barang-barangnya.

Kini beralih ke koridor lemari, Freya membuka kedelapan pintu lemarinya, tidak terkecuali dengan seluruh laci aksesorinya.

Dengan langkah tergesa-gesa, Freya meninggalkan kamarnya dan menaiki tangga menuju lantai tiga, lantai yang tidak pernah dia naiki setelah kepergian sang ibu.

Gadis yang tengah sibuk dengan ekosistem kaca sontak menoleh ke arah Freya dengan terkejut saat pintu kamarnya dibuka secara kasar dan tiba-tiba.

"Ngapain ke sini? Kamu ganggu aku lagi kerjain tugas!" Ujar Violetta dengan raut wajah kesal.

Mengabaikan ucapan Violetta, Freya melangkahkan kakinya ke dalam ruangan.

"Ada masalah apa kamu?! Udah masuk sembarangan ke kamar orang, pakai sepatu basah lagi! Air dari baju kamu ini netes ke mana-mana! Sepatu kamu bikin kotor!!"

Kini Freya telah tiba di hadapan Violetta, matanya melembap. "Give back what you took from my room." Pinta Freya dengan nada rendah namun penuh penekanan.

Adik tiri yang semula sedang membasahi terarium kaca-nya lalu meletakkan penyemprot di atas lantai.

"Kamu ini tolol, ya?! Aku bilang kamar aku jadi kotor!!" Violetta mendorong gadis itu, membuatnya mundur ke belakang.

Tatapan mata Freya yang tajam masih tak teralihkan dari Violetta. Freya kembali berjalan maju. "Kembaliin."

"Apa?! Kembaliin apa?!" Kini suara Violetta meninggi.

"Stop playing dumb!"

"Aku bilang Papa ya, kalau kamu asal masuk ke kamarku dan-"

Freya menarik kerah gaun Violetta. "I'm not in the mood to deal with you right now. Give me back my bracelet and necklace, and we're done here."

"Apa-apaan?! Kamu nuduh aku maling barang kamu?!" Violetta bersungut penuh amarah. "... lalu kalau pun memang aku yang ambil, kamu bisa apa? Kamu kira aku takut sama orang rendahan kayak kamu?! Now get your filthy hands off me!"

Dancing with Our Hands TiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang