Chapter Fourteen

5.2K 495 13
                                    

"Tahun ini aku 25 tahun. Aku lulusan UC Berkeley. Kalau kamu dari MIT, bukan?"

Aldwin hanya mengangguk tipis dengan berbagai ocehan yang dilontarkan oleh Violetta. Gadis itu tidak berhenti mengucapkan plan mereka kedepannya seolah Violetta telah tahu bahwa ia dan Aldwin akan menikah nantinya. Walaupun Aldwin merupakan seorang yang tergolong optimis, ia merasa Violetta terlalu melebih-lebihkan dan gadis itu pastinya mengharapkan hal yang sangat besar kepadanya, Aldwin yang telah biasa mendapat perlakuan seperti itu dari orang lain mulai tidak menyukainya.

Seolah tidak mendapatkan signal kebosanan dari Aldwin, gadis itu lantas tersenyum. "Aku dengar kamu menyebutkan kriteria yang lumayan lengkap dan menyusahkan untuk nenekmu sebelum akhirnya kita dipertemukan. So tell me, apa kamu menyebutkan berdasarkan kriteria idealmu? Ataukah berdasarkan orang lain?"

Aldwin bergeming sejenak.

"Aku cuma menyebutkan secara asal. Kriteria seperti kamu mungkin cukup pasaran. Mungkin kamu pernah operasi plastik agar terlihat mirip dengan figur publik?"

Sejujurnya Violetta tersinggung. Pantas saja pria itu masih tidak punya istri. Namun gadis itu memutuskan untuk tetap bersikap manis. Violetta menggelengkan kepalanya pelan.

"Mungkin ini privilese saya, tidak perlu menjalani operasi plastik untuk mendapatkan wajah ini. Dan lagi, bukannya ada banyak orang yang memiliki wajah mirip?"

Aldwin menarik napasnya, benar. Konsep doppelganger juga bukan fenomena mengherankan. Contoh nyatanya saja seperti Keira Knightley dan Natalie Portman. Mirip namun tidak punya hubungan apa pun. Hanya saja Aldwin tidak tahu bagaimana untuk berekspresi. Ada banyak perasaan berkecamuk dalam dirinya kini.

Karena Aldwin tidak kunjung menimpali lagi, Violetta kemudian memulai percakapan baru lagi. "Benar ya kata orang, ada banyak cara terduga untuk ketemu sama jodoh."

"I wouldn't put it that way. Memang dari mana kamu tahu kita akan berjodoh?"

Kedua alis Violetta naik, tidak menyangka jawaban seketus ini dari seorang pria.

"Hm.. sebenarnya jodoh juga nggak terbatas dalam pasangan hidup saja. Menurutku, kalau dalam pertemuan atau jalan hidup ke manapun itu jodoh-jodohan. Semuanya udah ada yang atur. I mean, minggu lalu bahkan kamu nggak tahu ada aku di dunia ini, lalu kita bisa saling mengenal pada hari ini. Bukannya itu menakjubkan? Kayak pasti ada purpose-nya, kan? Aku percaya kalau di setiap pertemuan dalam hidup, selalu ada yang bisa dipelajari."

Cerewet sekali. Cibir Aldwin dalam hati.

"Romantis sekali pemikiranmu."

"Yeah, I'm a lover."

Pria itu terdiam, lebih ke malas menanggapi.

"Oh, lalu.. apa yang kamu cari dari kencan buta seperti ini?" Tanya Violetta lagi.

"I must say seorang partner yang bisa membantu dalam ekspansi bisnis. Pernikahan bukan saja tentang dua orang, tapi merger antara dua keluarga dan juga semua bisnisnya."

"Jadi kamu nggak apa-apa walaupun pernikahannya tanpa cinta?"

Aldwin tersenyum singkat mendengar pernyataan dari Violetta.

"Apa itu penting? Cinta itu cuman perasaan sesaat, memangnya berapa lama ia akan bertahan? Dalam hidup, selalu ada yang harus dikorbankan untuk hal yang lebih besar. I made my choice."

Violetta menarik napas, memang agak susah untuk bicara dengan pria yang telah menempatkan pilihannya dengan keyakinan dalam. Gadis itu kemudian tersenyum tipis.

Dancing with Our Hands TiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang