~Narendra~
"Sebagai saudara, ada saling ingin melindungi. Begitu juga dengan gua, Bang. Sekali lo bilang jangan khawatir, gua akan tetap khawatir."
#NarenzaSadipta~Narendra~
"Hoamm..." Renza menguap dan reflek menutup mulutnya dengan tangan kananya. Kedua matanya nampak sayu, kantuk masih ia rasakan. Kedua matanya menjelajah melihat setiap sudut rumah yang nampak sepi.
"Masih jam dua," lirih Renza mengucek matanya.
Tak ingin menyia-nyiakan bangunnya di tengah malam seperti ini, langkah Renza terhenti didepan kamar sang abang, Rendra.
"Si Abang pasti belum tidur," gerutu Renza dan membuka knop pintu itu dengan pelan, guna menjaga-jaga, takut membangunkan jika sekiranya Rendra belum tertidur, apalagi Rendra sangat kagetan.
"Nah kan belum tidur," ucap Renza saat melihat tubuh Rendra yang membelakanginya karena Rendra duduk dikursi meja belajar dengan posisi hp yang miring dan telinga kirinya disumpel headset.
"Lo ngapain sih, Bang? Euuu game terus sampe modar," gerutu Renza melirik layar hp itu yang menampilkan game yang sedang Rendra mainkan.
"Sono lo, ngapain di sini?" tanya Rendra seperti mengusir adik nya itu.
"SSG," balas Renza dan mengambil segelas air putih yang masih penuh di depan Rendra dan menegaknya hingga abis.
"Main minum aja lo babi," kesal Rendra menatap Renza singkat dengan kedua mata yang mendelik.
"Bang tidur, Bang. Setengah tiga noh, kesiangan sholat subuh lo ntar," tukas Renza dengan tampang bodo amatnya membaringkan tubuh tingginya di atas tempat tidur sang abang.
"Hmm.."
"Bang tidur Bang."
"Gua bilangin Papah, gua aduin lo tidur pagi lagi atau bahkan lo g-
"Bawel," ketus Rendra mencabut kabel headset itu dari hp nya. Rendra bangkit dari posisi duduknya, tak lupa ia juga mengcharger hp nya agar nanti setelah ia tidur isi daya nya telah tidur.
"Nah gitu dong, Bang. Nurut ama Ade sendiri," kata Renza. Renza bangga sendiri saat Rendra mau mendengarkan perkataanya, karena Rendra itu keras kepala. Papahnya aja di lawan apalagi ia yang menjadi saudaranya.
"Siapa yang mau tidur?" tanya Rendra.
"Hah? Bukannya lo mau tidur?" Rendra menggelengkan kepalanya.
"Terus?"
"Lihat tugas," balas Rendra.
"Tugas apaan, sih? Sejak kapan lo perduli sama tugas?" gerutu Renza.
"Gua males dijemur."
"Lo tidur gak usah ganggu-ganggu gua," sambung Rendra.
"Bang, kenapa lo suka futsal? Futsal kan capek, mau keringet bikin item."
"Suka gak perlu ada alasan," balas Rendra.
"B-bang," lirih Renza. Dengan cepat tangan kanannya Renza menyambar tisu yang ada di nakas samping tempat tidur sang kakak.
"Lo mimisan," kata Renza menutup hidung Rendra dengan beberapa helai tisu yang ia ambil.
Rendra yang tidak peka bahwa dirinya mimisan itu cengok. "Bang!"
"Aish iya," balas Rendra.
"Lo gak kenapa-napa, Bang?" Rendra menggelengkan kepalanya sambil menunduk, membiarkan darah itu keluar. Tisu yang di berikan oleh Renza tidak sepenuhnya membantu, membuat Renza harus mengambil wadah tisu itu dan menyimpannya di depan Rendra.