~Narendra~
Rezka menggulung jas kedokterannya dengan perasaan lelah dan letih setelah melakukan operasi kepada pasien yang baru saja berhasil dilakukan. Operasinya berhasil, membuat rasa lelahnya tidaklah sia-sia.
"Pak Dokter," panggil seseorang yang tak lain adalah rekan kerjanya.
"Ah iya, Pak." Rezka menoleh kepada orang yang bername Tag Malik Alamsyah.
"Ada jam operasi lagi kah?"
"Ada, masih satu jam lagi. Apa sebaiknya kita makan siang dan sholat dhuzhur terlebih dahulu?" tanya Rezka menjawab dengan sopan kepada rekan kerjanya yang sudah bertahun-tahun bersamanya.
"Baiklah. Mari, Pak."
Mereka beriringan berjalan disertai dengan canda bahkan membicarakan tentang kondisi-kondisi pasien yang mereka tangani.
"Bentar, Pak." Rezka berhenti dan meronggoh ponsel canggihnya saat merasakan bahwa ponsel itu bergetar.
"Mau ngangkat telpon dulu, Pak?" Rezka mengangguk.
"Nanti saya menyusul." Dokter Malik paham dan mendahului membiarkan Rezka untuk mengangkat telponnya terlebih dahulu.
"Neira," lirihnya. Tanpa berpikir, Rezka segera mengangkatnya.
"[Hallo assalamualaikumsalam sayang?]"
Rezka menyernyitkan dahinya saat mendengar suara tangisan istrinya yang sangat menyayat hatinya.
"[Sayang ada apa? Kok nangis?]" Dengan tenang Rezka mencoba bertanya.
"[Na hiks..]" Rezka menghela nafas pelan, perasaanya kini semakin tidak enak saja.
"[Cerita nya pelan ya? Ayo ada apa?]"
"[Tadi aku ditelpon wali kelasnya Rendra hiks.. te- hiks..]"
"[Sayang.. tarik nafas dulu.. jangan terburu-buru yang tenang.]"
"[Rendra pingsan di tempat turnamen, Rendra gak pernah kayak gini loh se- hiks sebelumnya tadi hiks hiks aku juga di kabarin Renza.]"
Jadi ini alasan kenapa perasaanya tidak enak sejak memasuki ruangan operasi?
"[Rumah sakit mana?]"
"[Rumah sakit *********, pihak panitia bawa Rendra kerumah sakit]"
"[Satu jam lagi aku ada operasi lagi, kamu udah berangkat ke rumah sakit?]"
"[Kamu kes- hiks kesini..]"
Memang bukanlah hal yang aneh jika Neira menangis karena salah satu anaknya sedang kenapa-napa. Seorang ibu adalah perasa, selalu merasa gagal jika salah satu anaknya itu merasa sakit.
Flashback of
"Aku selalu ingat tangisan itu, sayang," lirih Rezka mengusap puncak kepala istrinya.
"Dan aku gak bisa melupakan hal itu, menyakitkan." Renza merasakan kesedihan yang orang tuanya rasakan.
"Mamah sama Papah jangan khawatir, Ade selalu jagain Abang dari jauh. Saat Abang kenapa-napa, Kara selalu ngasih tau Ade sehingga Ade tau jika saat itu Ade ada kelas," tukas Renza menyakinkan orang tuanya agar tidak larut dalam lubang kekhawatiran.
"Terima kasih ya, Nak." Renza tersenyum dan mengusap air mata yang menetes di pipi Mamahnya.
"Dont cry, Mom."
"Jangan sentuh-sentuh istri Papah, Ade!" tekan Rezka dan memeluk istrinya dengan posesif.
"Papah jangan egois dong, Mamah kan Mamah nya Ade juga!" kesal Renza dan berusaha menarik Neira untuk dia peluk.