29

810 45 1
                                    

"Habiskan makannya, nanti bicara sama Papah. Papah gak mau kamu diem terus kayak gini," tukas Rezka tidak mau ada bantahan dari Rendra.

"Gak mood doang, Pah," balas Rendra. Rezka menghela nafas begitu juga Neira, sedangkan Renza fokus pada makananya.

"Nanti siangan kita kerumah Kakek," ucap Rezka yang di angguki Neira dan Renza. Rezka menatap nyalang anak pertamanya itu, kenapa anaknya itu tetap diam.

"Abang kudu ikut, di sana udah ada Om Farraz sama Tante Via. Terakhir kita ketemu waktu lebaran loh jadi semuanya kudu ikut."

"Iya, Pah." Rezka tersenyum.

"Nice."

~Narendra~

Keluarga Nakaswara sudah berkumpul di kediaman Agam, mereka di haruskan berkumpul karena anak bungsu Agam akan menikahi perempuan pilihan nya. Setelah berpacaran hampir lima tahun akhirnya Rasen siap menikahi kekasihnya. 

Rezka duduk di samping Agam, di samping Agam ada Farrz dan Ardi suami dari Via, mereka sedang mengobrolkan tentang bisnis mereka masing-masing. Karena Farraz yang mempunyai bisnisnya sendiri, Ardi yang juga merawasi bisnis keluarganya, dan Rasen yang sebenarnya mengurus bisnis Rezka yang awalnya di berikan Agam untuk Rezka, tapi karena Rezka fokus pada profesi dokternya membuat Agam tidak memberi bagian dulu kepada Rasen agar Rasen bisa membantu Rezka terlebih dahulu.

"Anak-anak lo keluar SMA kapan, Rez?" tanya Farraz menanyakan hal itu kepada Rezka.

"Sebulan lagi ujian, setahun lagi jugaa lulus," balas Rezka seadanya. Farraz menganggukan kepalanya paham, memang waktu begitu cepat berlalu begitu juga dengan pertumbuhan si kembar yang sangat cepat.

"Udah mau kuliah aja, ada yang mau nerusin profesi lo sebagai Dokter, Rez?" Rezka mengangguk, Renza udah bilang kepadanya bahwa dia ingin menjadi dokter sepertinya dan Rezka berharap bahwa itu keinginan mutlak dari Renza.

"Siapa? Rendra?"

"Kayaknya Renza ya, Rez? Udah keliat sih anak lo yang bungsu emang punya rasa keperdulian yang tinggi bakal cocok kalau misalnya ingin jadi dokter." Ardi ikut bicara.

"Iya, Mas," balas Rezka.

"Rendra gimana? Udah lo kasih tau tugasnya apa aja sebagai anak pertama cowok?" Rezka menggelengkan kepalanya, sejauh ini Rezka belum membicarakan hal seperti itu kepada Rendra karena yang Rezka inginkan Rendra memilih jalannya seperti apa keinginannya.

"Ya lo kasih tau kalau mayoritas keluarga kita itu pembisnis, pengusaha. Bakal aneh kalau Rendra ngambil jalannya yang gak searah sama kita, kayak lo dulu," tukas Farraz.

"Harusnya lo tau kalau gua gak minta kan jadi dokter?" tanya Rezka menjawab dan kembali menanyakan apa yang terjadi di masa lalu.

"Yang penting hidup lo lebih baik jauh dari apa yang lo bayangkan, kan?" Agam mengamati, begitu juga Rasen dan Ardi. Sudah biasa jika berkumpul Rezka dan Farraz selalu seperti ini seperti ada masa lalu yang belum mereka selesaikan.

"Karena itu gua gak mau tekan anak gua," sambung Rezka tanpa sadar dengan perkataanya beberapa waktu lalu saat bersama Agam.

"Udah-udah Papah gak mau bahas bisnis kalau kalian selalu seperti ini. Udah Papa tekanin apa yang udah terjadi di masa lalu lupakan, jangan selalu diungkit yang pada akhirnya membuka luka dulu," tukas Agam menatap anak-anaknya dengan bergantian.

"Toh Papah masih sanggup ngurus perusahaan, apa yang kalian khawatirkan?" Agam berkata bohong, karena nyatanya Agam ingin segera berhenti dan beristirahat untuk menikmati kerja kerasnya selama ini.

"Ya gak bisa gitu dong, Pah. Anak Abang aja pertama cewek mau tuh masuk perusahaan, masa Rendra yang cowok enggak?"

"Mungkin Rendra punya jalannya sendiri."

Narendra || Versi 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang