"A-apa?" tanya Rendra memastikan pendengarannya.
"Kenapa harus gitu, Ly?" sambung Rendra saat Velly tidak kunjung mengeluarkan suaranya lagi.
"Ly? Papah kamu nyuruh kamu jauhin aku ya?"
Velly menganggukan kepalanya pelan bahkan tidak terlihat seperti orang yang menganggukan kepalanya. Ini di luar ekspetasi Rendra, Rendra kira saat dia menerima syarat yang di ajukan Xavier dia masih bisa dekat dengan Velly, kembali seperti biasa sebagai kekasih.
"Kenapa?"
"Kanapa kamu tanya?"
"Dip, Papah aku ada benarnya. Aku nyoba buat mahami kamu tapi ternyata setelah di pikir-pikir kamu bukan hanya nyakitin aku tapi kamu nyakitin orang tua aku," tukas Velly.
"Jadi kamu jauhin aku?" Velly menggelengkan kepalanya.
"Bakal percuma aku jauhin kamu kalau hati aku terus manggil nama kamu." Rendra terdiam.
"Mungkin menurut orang masalah ini sepele, gak seharusnya kedua orang tua kita ikut ribut mempermasalahin masalah kita. Tapi Dip, keluarga aku udah sepenuhnya percaya sama kamu tapi ujungnya orang tua aku juga kecewa sama kamu, sangat wajar mereka menyuruh aku untuk istirahat dari semua tentang kamu walau nyatanya aku sendiri gak bisa," tukas Velly.
"Ternyata iya mengembalikan kepercayaan itu sulit. Ly, jangan dulu pergi jangan ninggalin aku sebelum aku membawa bukti kalau aku serius sama kamu," balas Rendra.
Perasaanya campur aduk sekarang. Apa dengan cara menjauhkan Velly darinya membuat semuanya baik-baik saja? Apa maksud Xavier? Mengapa Xavier terlihat menekannya dengan beberapa hal seperti ini.
"Maaf, Niva ada ngomong sesuatu ke kamu?"
"Niva menjelaskan hal yang sama. Berteman?" Rendra menganggukan kepalanya.
"Karena memang itu adanya, Ly. Percaya sama Niva dia gak ada keinginan buat rebut aku dari kamu.."
"Tapi tetap aja kamu hampir gak setia sama aku, Dip. Bahkan jika aku gak kunjung membuka masalah ini bisa saja kamu main terlalu jauh."
"Kamu percaya gak sama aku?"
"Percaya aku percaya, tapi rasa gak bisa di percaya. Bisa aja Niva sekarang gak ada niat rebut kamu dari aku, tapi nanti?siapa yang tau, Dip. Rasa bisa berubah, apa salah aku ada rasa takut?"
"Maaf.." Velly tersenyum tipis.
"Tapi aku gak mau kita berjarak, Ly," lirih Rendra.
"Bakal berat banget buat aku tanpa adanya kamu di langkah aku, perjalanan yang aku pijak sekarang gak semudah itu. Aku butuh kamu yang percaya sama aku dan bantu aku menyakinkan kedua orang tua kamu kalau aku serius sama kamu, itu juga kalau kamu masih mau sama aku," lirih Rendra.
"Aku gak pernah bilang aku mau udahan sama kamu. Mau gimanapun kamu nyakitin aku nyatanya rasa sayang aku ke kamu lebih besar," balas Velly.
"Tapi Papah kamu?"
"Kenapa kamu harus takut sama Papah aku kalau kamu mau menyakinkan coba yakinkan. Aku tau kamu bisa, kembali pada awal saat kamu ngejar aku, Dip."
"Dan satu hal yang harus kamu ingat, Papah aku gak akan ngasih kesempatan kedua kalau itu bukan kamu," tukas Velly.
"Kita berjarak hanya di depan Papah, kita licik sedikit bisa kan, Dip?" tanya Velly dengan kekehannya.
"Makasih.."
Rendra mengganti posisinya untuk lebih dekat dengan Velly. "Papah kamu sayang banget sama kamu, dan tentu aku juga sayang sama kamu. Kalau aku melakukan kesalahan tegur aku dengan keras ya, sayang," lirih Rendra tepat di telinga kiri Velly.