26

1K 64 8
                                    

Sampai kapan aku harus terus bersabar
Menunggu kepastian tuk hubungan ini

Tak tau harus bagaimana,
Ingin denganmu tapi seperti tak ada tujuan
Haruskah aku berhenti berharap
Karena ku tak bisa terlalu lama menunggu

Mengapa sampai detik ini
Semuanya masih sama sepeti kemarin
Apakah harus ku sadari hanya aku saja
Yang terlau berharap

~Rossa-Terlalu berharap

~Narendra~

Setelah tiga hari saling diam-diaman, Velly memutuskan untuk mengalah dan menghampiri Rendra dirumahnya. Karena mau sampai kapanpun Rendra tidak akan memulai, ego cowok itu lah sangat lah tinggi.

Velly melangkahkan kakinya kedalam rumah kediaman Nakaswara dan berpapasan dengan Neira yang berjalan sambil membawa nampan segelas susu stroberry yang kemungkinan untuk Renza. "Tante.."

"Eh Vell, mau ke Rendra?" Velly menganggukan kepalanya kakuk, sebenarnya kemarin Velly sudah menghampiri Neira dan Rezka untuk berminta maaf dan sore ini Velly akan meminta maaf sekaligus berpamitan.

"Biar Velly bawain Tan.  Tante. Gimana kabarnya Rendra?"

"Makasih ya cantik." Velly tersenyum tipis.

"Si abang udah baikan, katanya besok juga mau sekolah."

"Alhamdulillah..."

Neira membuka pintu kamar Rendra, terlihat Rendra dan Renza yang sedang duduk di tempat tidur yang sama tentu dengan infus yang sudah tidak melekat dipunggung tangan lelaki itu.

"Ayo masuk, Nak," ajak Neira dan Velly menganggukan kepalanya pelan. "Simpen aja di nakas ya, Vell. Tante minta tolong."

"Iya Tante." Dengan gerakan kaku Velly menyimpan susu itu diatas nakas, melirik Rendra yang ada di sampingnya sekilas.

"Abang makannya tumben udah habis?" tanya Neira.

"Udah." Neira menghela nafas, baguslah jika keadaan anaknya sudah membaik. "Ade, Velly nya mau bicara sama Abang. Ade ikut Mamah aja yuk kebawah,"  ajak Neira yang langsung di angguki Renza. Renza masih ingat perkataan Velly yang tentu membuatnya sedikit sakit hati.

"Bang sama Velly dulu ya. Vel, Tante tinggal dulu ya." Velly mengangguk pelan. "Iya." 

Neira mengajak Renza untuk keluar dan membiarkan Rendra dan Velly untuk berbicara tentu dengan pintu kamar yang terbuka.

Velly melirik Rendra dengan tatapan canggung apalagi dengan Rendra nya yang masih memasang wajah datar. Rendra sudah tidak sepucat kemarin, hari ini sudah terlihat segar dan sudah mau menghabiskan makananya.

"Gimana keadaannya?" tanya Velly memulai pembicaraan.

Membuat keributan dengan Rendra seharusnya hal yang harus Velly hindarin karena mendapatkan maaf dan membuat semuanya baik-baik saja itu sulit. Rendra tipikal orang susah meminta maaf dan memberi maaf terkecuali kepada Renza, Neira dan Rezka.

"Baik." Velly tersenyum tipis mendengar balasan singkat itu.

"Lyla mau minta maaf soal kemarin, Velly gak ada maksud buat semuanya jadi ruyam," tukas Velly to the point pasalnya Velly sudah di kejar waktu karena setelah magrib nanti dia akan ke Jerman menemani Xavier yang ada pekerjaan di sana.

"Apa Adip mau  maafin Lyla?" sambung Velly.

Rendra masih diam. "Gak papa kalau Adip masih mau marah sama Lyla, Lyla cuma mau minta izin ikut Papah ke Jerman untuk seminggu," ucap Velly.

Karena perkataan itu membuat Rendra menoleh ke arah Velly. "Boleh, Dip?"

"Kenapa?"

"Papah ngajak Lyla karena Papah khawatir ninggalin Lyla dalam kondisi kayak gini," balasnya.

Narendra || Versi 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang