36

1.1K 60 13
                                    

~Narendra~

"Kan sesek kan apa gua bilang lo tuh jangan masuk sekolah tapi lo ngeyel," gerutu Rendra saat mendapati Renza yang sesak nafas.

Renza benar-benar pulang dari sekolahnya setelah mengambil nilai olahraga dan langsung di jemput Pak supir dan Rendra.

"Aih Abang huhu jangan di omelini," pints Renza memasang wajah melas. Bukannya di kasih perhatian malah di omelin, itu lah yang selalu Rendra lakukan jika adiknya itu sakit.

"Tapi Ade tadi basket nya keren, Bang. Nanti Ade minta bola basket ke Abang ah," kata Renza terus menggerutu walau dadanya sedang sesak dan itu membuat Rendra kesal.

"Jangan ngomong bisa gak? Sesek juga!" decak Rendra membantu Renza menumpukan bantalnya agar dapat bersandar dengan nyaman.

Ceklek

"Ade Abang.." panggil Neira membuka pintu dengan membawa gelas berisi air putih hangat untuk Renza.

"Ade masih sesek?" Renza mengangguk pelan.

"Huu sesek Mamah, kayak di gimana-gimana gitu," rengek Renza menyibirkan bibir bawahnya.

"Lucu lo kayak gitu?" ketus Rendra menatap Renza dengan kesal dan sinis padahal dalam hatinya mengakui bahwa adiknya sangat lucu.

"Lucu banget anjirt," batin Rendra.

"Abang ah jangan gitu, Nak. Ini Ade minum dulu sayang."

Neira duduk di samping Renza dan membantu Renza minum dengan memegangi gelas itu. "Sudah?"

"Sudah Mamah, makasih. Hu Ade sayang Mamah," kata Renza tersenyum di akhir perkataan.

"Mamah juga sayang Ade sayang Abang."

"Abang kenapa infusnya di cabut sendiri?" tanya Neira. Neira pulang dalam keadaan rumah yang sudah tidak ada Rendra karena infus anak itu tergelak pasrah di lantai dan baru saja akan menelpon rupanya Rendra pulang dengan membawa Renza.

"Udah gak apa-apa."

"Boong Abang, kata Papah Abang kudu banyak istirahat badan juga masih anget."

"Ih udah pokoknya Abang mau sama Ade, emang gak boleh?" tanya Rendra menggerutu.

"Ade udah sama Abang," lirih Renza karena menahan sesak saat ini.

Rendra menoleh dan membaringkan tubuhnya di samping Renza yang bersandar. "Sayang Ade," lirih Rendra tentu hanya di dengar oleh Renza.

"Abang, laptop Abang Mamah pake dulu ya? Mamah mau ngelanjutin nonton drama nya, boleh?"

"Boleh." Neira tersenyum dan mengusap puncak kepala Renza dan Rendra dengan bergantian.

"Sehat-sehat anak Mamah."

~Narendra~

Setelah adzan dzuhur Rezka ada pulang dengan maksud untuk memeriksa keadaan anak bungsunya yang di kabarkan Neira karena demam dan asmanya terus kambuh.

"Ade.. Papah infus ya? Biar ada asupan," kata Rezka saat mengetahui ternyata anak bungsunya tidak mau makan juga.

"Nda ah, Pah. Ade gak papa Ade masih bisa bawel seperti biasa sampe Abang aja kesel terus sama Ade karena Ade bawel," jelas Renza. Mendengar itu membuat Rezka menoleh ke arah Rendra yang tertidur pulas di samping Renza.

"Nei, ini infus Rendra di cabut siapa?" tanya Rezka kepada Neira yang baru saja menutup laptop karena drama yang sudah ia tonton tamat.

"Sama Abang sendiri pas Nei belanja sama Bibi kedepan, anak Nana kan emang hobi banget cabut-cabut infusan liat aja punggung tangannya udah rusak," gerutu Neira membuat Rezka berdecak.

Narendra || Versi 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang