12

1.1K 86 8
                                    

~Narendra~

Aktivitas Rendra setelah beresnya kegiatan belajar mengajar adalah latihan futsal dengan anak-anak futsal lainnya. Latihan di laksakan tiap hari karena dekat dengan jadwal turnamen yang akan di laksanakan di Bandung. Rendra yang di agung-agungkan akan menjadi kapten di turnamen nanti tidak bisa menunda atau meninggalkan jadwal latihan.

"Lo mau latihan?" tanya Renza dengan nada kurang bersemangat. Mereka berpapasan di koridor dengan Rendra yang sudah siap memakai baju latihannya.

"Heem." Renza menghela nafas, Rendra benar-benar anti mendengar pintanya padahal dia selalu mendengar apa yang di larang Rendra kepadanya. Apa semua kakak emang seperti itu?

"Yaudah," kata Renza dan melenggang pergi. Rendra menengok untuk memperhatikan adiknya yang bersikap tidak biasanya.

Sudah tiga hari ini Renza bersikap seperti itu, Rendra selalu bertanya tentang dia yang melihat Renza dengan Arvin tapi Renza tidak pernah menceritakannya.

"Woyy bro," sapa seseorang yang tak lain adalah Marven. "Eh, Bang," balas Rendra tersenyum sangat tipis.

"Ngapain masih disini? Evaluasi mau di mulai anjir, awas aja permainan lo jelek gua kick lo jadi daftar kapten," gerutu Marven namun dengan nada becanda.

"Kick aja, Bang. Apa susahnya," balas Rendra. Marven terkekeh, mana mungkin dia mengeluarkan Rendra dari kandidat calon kapten futsal.

"Kagak anjirt, gua becanda."

"Hemm." Marven sudah memaklumi sikap saudaranya itu, Marven merangkul Rendra dan mereka menuju kelapangan.

"Ade lo udah balik duluan?"

"Heem.."

"Kayaknya lo lagi gak mood, Ndra? Ada masalah apa lo mau cerita sama gua?" tanya Marven kepada Rendra.

"Enggak, Bang." Marven menoleh ke arah Rendra, anqk itu tidak berubah selalu tidak mau membagi cerita kepadanya.

"Yakin? Kalau lo gak mau cerita gak papa, tapi jangan bawa-bawa masalah ke lapangan gua mau lo nampilin skill terbaik lo," ujar Marven.

"Iya, Bang."

"Gua tau lo anak yang perfeksionis, semangat bro." Rendra tersenyum tipis.

"Thanks udah percaya sama gua, Bang."

"Siapp.."

Mereka pun sampai lapangan tempat mereka berlatih, Rendra menghampiri Kara dan Astar sedangkan Marven menghampiri Pak Ilham seperti biasa.

"Lama lo bos, kemana dulu?" tanya Kara menyapa Rendra yang duduk di samping Astar.

"Ada."

"Tadi nyuntik gak lo?" Rendra menganggukan kepalanya singkat. "Bagus lah," balas Astar.

"Gua gak mau sampe lo pingsan kayak yang udah-udah, berat gua gotongnya," gerutu Astar. Rendra tau Astar becanda, tapi ntahlah hati Rendra sedang tidak baik hari ini.

Suara intruksi Pak Ilham membuat obrolan mereka terhenti, mereka langsung bangkit berdiri dan bersiap untuk pemanasan. Adanya Marven membuat mereka bersungguh-sungguh, siapa yang tidak tau Marven adalah kapten futsal tim A yang akan hengkang dari jabatannya.

~Narendra~

Papah
|Abang dimana? Pulang ya.|

"Gua duluan," pamit Rendra kepada kedua sahabatnya. Setelah di angguki Astar dan Kara, Rendra pun pergi menuju parkiran untuk pulang. Jika sudah di chat Rezka, dia harus segera pulang.

Lima belas menit kemudian Rendra sampe di perkarangan rumahnya dan tersenyum tipis saat melihat Velly yang sedang menyiram tanaman diperkatangan rumah Alexandra.

Narendra || Versi 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang