30

901 46 0
                                    


"Bang masa Niva chat gua nanyain keadaan lo padahal yang kakinya sakit itu kan gua," gerutu Renza fokus pada hp nya dengan Rendra yang terbaring di sampingnya setelah mengantarkan Velly dan Neira pulang menggunakan mobil Papah nya.

"Lo kok makin deket sama Niva sih, kalau Velly tau lo gimana coba, Bang."

"Gua gak akan hubungan apa-apa sama Niva."

"Tapi kan Bang walaupun gak ada hubungan apa-apa lo jangan deket-deket lah kan lo ada cewe udah gitu cewe lo orang yang di kenal orang tua sendiri kalau ada apa-apa gimana coba, Bang. Yang kena ntar pasti lo lagi lo lagi."

Rendra tidak menjawab coletehan Renza yang menurutnya sangat bawel. Rendra memilih memejamkan matanya dan segera menyelam ke alam mimpi meninggalkan Renza yanh masih ingin bergerutu kepadanya.

"Bang elah Bang.. temenin Ade dulu kenapa sih masa Ade di tinggal tidur gak like ah gak like." Ingin mengumpat tadi adiknya sendiri, toh Renza emang bawel tiada lawan jika sedang bersamanya.

"Bang..." rengeknya.

"Ade ada apa?" tanya Rezka yang baru saja masuk lagi kedalam ruang rawat Renza setelah dipanggil karena ada pasien kecelakaan lalu lintas tadi.

"Abang nya bobo Pah, gak bisa Ade bangunin padahal Ade mau nyuruh Abang pindah Ade ngeri kaki Ade di ke tendang Abang kan gak bisa diem kalau tidur," tukas Renza mengganti alasannya padahal Renza ingin mengajak Rendra mengobrol. Rezka menggelengkan kepalanya tidak habis pikir kenapa Rendra tidur di tempat adiknya tertidur, bahaya juga jika Rendra menyenggol kaki kiri Renza apalagi bukan hanya kaki nya saja yang luka tapi pinggang Renza juga sedikit ada masalah.

"Abang.. pindah dulu ke kasur jangan di brankar Ade." Rezka menggoyangkan bahu Rendra tapi anak itu tidak berkutik sama sekali.

"Abang kecapean paling Pah kan Abang habis futsalan tadi jadi bobonya nyenyak gitu gak bisa di bangunin sama sekali."

"Papah angkat aja."

"Emang kuat? Pinggang Papah aman?" Rezka menatap sinis Renza yang merangukannya.

"Ngeraguin tenaga Papah kamu, De? Jelas Papah kuat lah, di kira udah jompo apa." Renza terkekeh mendengar balasan Rezka kepadanya.

"Ya maafin atuh Papah.." Rezka mengangguk dan dengan pelan mulai mengangkat Rendra untuk dia pindahkan keruangan sebelah agar istirahatnya semakin nyaman dqn Renza tidak terganggu soalnya Rendra tidak bisa diam kalau tidur.

Rendra melengguh pelan merasa terganggu saat Rezka menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dengan pelan. "Aihss pengen mie ayam, Mah..."

Rezka terkekeh pelan anaknya ini ada-ada aja. Setelah menyempurnakan posisi tidur Rendra, Rezka menarik selimut dan menyelimuti Rendra hingga sebatas dadanya.

"Selamat tidur, Nak."

~Narendra~

Renza di pulangkan setelah di rawat sehari semalam. Tidak memungkinkan Renza di rawat lebih dari itu karena jika melihat kondisi Neira yang sedang hamil tidak mungkin Neira stay terus dirumah sakit, Rezka yang sibuk bekerja juga tidak mungkin bisa menemani Renza. Didukung dengan Renza yang tidak mau di rawat dan terus merengek ingin pulang dan memilih untuk rawat jalan saja.

"Abang belum pulang juga, De?" tanya Neira.

"Nda. Abang belum pulang ini Ade tungguin Abang gak pulang-pulang," gerutu Renza. Neira menghela nafas, sebuah tanda tanya kembali dia pertanyakan di mana keberadaan anak sulungnya kenapa di jam setengah tujuh belum juga pulang?

"Ade makan dulu nih, Mamah mau coba telpon Abang nya.."

Renza menganggukan kepalanya dan menerima semangkuk sup bakso dan nasi disana dengan segera Renza memakan masakan Neira yang citra rasanya gak pernah salah.

Narendra || Versi 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang