~Narendra~
"Ini ada apa?" tanya Xavier yang baru saja membuka pintu kamar Renza. Mendengar suara pintu terbukan membuat Velly mendorong Rendra dengan cepat, perkataan Rendra benar-benar terngiang dalam pikirannya.
"Ndra kenapa?" tanya Xavier menoleh ke arah Rendra. Rendra mengatur nafasnya agar tidak emosi karena hal tadi, tidak habis pikir kenapa ada Xavier disini.
"Velly, ada apa, Nak?" Xavier berbalik nanya karena Rendra tidak kunjung menjawab pertanyaanya.
"Enggak, Pah. Cuma masalah kecil kok," lirih Velly.
"Masalah kecil kata lo? Bener-bener ya," ucap Rendra dengan tajam. "Ndra?" tegur Xavier.
Rendra memalingkan wajahnya dan menghela nafas kasar. "Velly cuma nyuruh Rendra istirahat, Pah," ucap Velly mengucapkan hal yang sebenarnya.
"Lo bilang adik gua ngerepotin," balas Rendra lagi.
Xavier menoleh ke arah Renza yang tidak berkutik, anak itu terdiam dan hanya mendengarkan perdebatan mereka sejak awal. Untuk meleraipun Renza tidak akan bisa apalagi jika Rendra sudah seperti itu.
"Bener?" Velly tidak menjawab, apa yang di katakan emang benar Velly keceplosan mengucapkan kalimat itu tapi itu benar-benar tidak sengaja.
"Emang salah Pah aku nyuruh Rendra istirahat? Kalau dia drop apa aku gak khawatir?"
"Yaudah sih udah biasa juga," balas Rendra menyela.
"Biasa buat lo gak biasa buat gua. Dari awal lo selalu nganggap enteng peradaan gua, Dip," gertak Velly berkaca-kaca. Apa perhatiannya hanya di anggap angin lalu?
"Seengaknya gua gak ngatain saudara lo merepotkan-
"Gua anak pungut beban buat keluarga ini, puas lo?!" gertak Velly membuat ketiga lelaki itu terdiam seketika, termasuk Xavier. Demi Tuhan, pertama kali Xavier mengadopsi Velly sama sekali tidak menganggap Velly sebagai beban tapi kenapa Velly berucap seperti itu.
"Gua gak bahas anj-
"Bang jangan kasar," lirih Renza.
"Anak pungut Mah bisa apa, Dip. Pacaran sama lo aja karena hoki doang," kekeh Velly seakan menertawakan hidupnya.
"Lo bisa gak sih gak usah nyambar kemana-mana, bisa banget gedein masalah," ucap Rendra dengan tatapan tajam. Xavier masih membiarkan kedua anak remaja itu, mau sampai kapan berdebat di depan orang tua.
"Maksud lo apa? HAH MAKSUD LO APA?!" sentak Velly mendorong tubuh Rendra hingga Rendra terdorong beberapa langkah, dengan cepat Xavier menarik tangan anak nya dan memeluknya dari samping.
"Vell udah Nak, istigfar sayang," kata Xavier mengusap puncak rambut Velly.
"Gua gak percaya lo anggap adik gua beban dan merepotkan, Ly," kata Rendra.
"Pah, Velly cuma mau dia istirahat dulu, bukan maksud apa-apa," lirih Velly memeluk Xavier dan menumpahkan air matanya di sana setelah sejak tadi di tahan.
"Kenapa dia gak pernah ngerti perasaan orang yang dia sayang, kenapa, Pah?" Xavier mengusap punggung Velly untuk memberikan ketenangan.
"Ndra maafin anak Om," kata Xavier.
"Perkataan menyakitkan tidak cukup dengan kata maaf," balas Rendra dengan bengis.
Rendra tidak memperdulikan kata Xavier, Rendra melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar ini namun lengannya di cekal oleh Xavier dengan cepat Rendra menggertakan tangannya agar lepas dari pegangan Xavier.
"ABANG?!" teriak Renza.
Marion Xavier
|Rez, dimana woy. Cepet anak lo ngamuk.|~Narendra~