"[Adip di bengkel? Kenapa belum beres juga?]"
"[Ngantri, Ly. Wajar.]"
"[Adip gak boong? Dip, naluri wanita gak pernah salah loh.]"
"[Secepatnya Adip pulang, lagi di lap dulu motor Adipnya.]"
"[Lyla tutup ya..]"
Tut
"Velly?" Rendra menganggukan kepalanya. Setelah menghela nafas panjang Rendra menyandarkan tubuhnya pada sandaran sopa.
"Mau pulang aja?"
"Nunggu hujannya reda."
"Ah iya masih ujan, lo makan dulu aja nih udah gua bawain, mie instan pake telur pasti enak." Karena memang sudah lapar dan ketinggalan jam makan siangnya tadi karena harus menyervis motornya akhirnya Rendra menganggukan kepalanya.
"Buat gua nih?"
"Tentu."
Rendra mengganti posisinya menjadi lesehan di bawah dengan beralaskan karpet bulu berwarna abu-abu. Segera menyicipi mie instan yang dibuatkan oleh Niva.
"Ndra, thank banget udah jadi temen guaa," kata Niva.
"Jujurly gua bahagia banget punya temen cowok yang ngerti gua, selama ini gua kesepian. Its oke anak-anak sekolah ngira gua deket sama Byan sama Renza, tapi kenyataannya enggak," sambung Niva.
"Terus?"
"Gua seneng lo kerumah buat nemenin gua, udah ngajarin gua juga," tukas Niva.
"Syukur deh." Niva berdehem pelan.
"Kalau gua pulang lo sama siapa?" Niva menggelengkan kepalanya, biasanya Kakak sepupunya sering menginap dirumahnya.
"Paling gua chat kakak sepupu aja." Rendra menganggukan kepalanya paham dan menikmati rasa mie instan bikinan Niva yang bisa aja nagih.
"Ndra, Velly gak apa-apa kalau kita berteman?"
"Velly gak tau gua sedekat ini sama lo."
"Ndra, foto yuk!" ajak Niva bersemangat dan menyiapkan hp nya untuk Niva gunakan berfoto selfi dengan Rendra.
"Ini foto pertama kita, semoga kita bisa berteman lama ya, Ndra." Niva nampak memandangi hasil foto selfi mereka beberapa detik lalu.
"Jangan lo unggah ya."
"Oke. Gua bisa paham."
"Ndra.." panggil Niva.
"Jangan bosan main kerumah gua ya, gua berusaha bikin lo nyaman dirumah.."
Ting
Narenza Sadipta
|Bang, dimana sih? Udah mau ujan juga, kelayapan banget.|"Iya.. Niva, thank buat makanannya dan gua kenyang," ujar Rendra setelah menegak segelas air putih yang di sediakan Niva. Karena rasa laparnya yang sudah tidak bisa Rendra tahan membuat Rendra tidak sadar bahwa mie instan itu tidak baik untuk kesehatannya apalagi Rendra tidak menyuntikan insulin sebelumnya.
"Sama-sama."
"Kalau gitu gua balik ya." Niva mengangguk.
"Bawa jas?"
"Bawa.."
"Kabarin kalau udah sampe, kalau misalnya ujan lagi jangan maksa nerobos lo bisa nyari tempat yang teduh. Dan satu, jangan sampe sakit kareja ujan."
"Oke.." Rendra mengusap puncak kepala Niva dengan gemas.
"Bawel.."
"Kabarin, Rendra."