16

1.2K 85 14
                                    



"Boleh, Pah?" tanya Renza kepada Rezka.

Rezka menoleh ke arah Neira, Neira mengedikan

"Kapan?"

"Eum hari jum'at, Pah. Kata Abang boleh," balas Renza.

"Iya, Bang?" Rendra menggelengkan kepalanya acuh.

"Gak bilang boleh." Renza mengerucutkan bibirnya, Renza tau Rendra masih kesal karena kejadian dua hari yang lalu terbukti dengan wajahnya yang masih sangat datar.

"Bolehlah, Bang. Masa Abang futsalan boleh Ade muncak gak boleh," kata Renza.

"Bol-

"Nggak," potong Rendra sebelum Renza menyelesaikan perkataanya, Renza menatap Rezka dengan tatapan memelas berharap Papah dan Mamahnya itu memberi izin.

"Mamah terserah Papah, Ade," ucap Neira tersenyum tipis kepada Rezka. Sebenarnya mudah mendapatkan izin dari Rezka hanya saja di atas Rezka ada Rendra.

"Papah ya terserah Abang, De," kata Rezka.

"Papah gimana sih kok terserah Abang, Abang nya aja masih marah sama Ade. Ayo lah Pah, Mah, sesekali kok kan sambil pelantikan di sana masa Ade gak ikut sih," gerutu Renza mengambil susu putih dan menegaknya dengan perasaan kesal.

"Ba-

"Gua bilang enggak ya enggak," tegas Rendra.

"Yaelah, Bang. Apa-apa gak boleh terus Abang boleh, nyeselin banget." Renza masih bergerutu.

"Bukannya begitu, di gunung itu cuacanya dingin sedangkan Ade emang kuat di udara yang dingin? Mau kayak yang udah-udah?" Renza menggelangkan kepalanya, Renza tak mau kejadian dulu terulang kembali tapi Renza ingin kembali muncak dengan team pencinta alam nya di sekolah. Rupanya mendapat izin dari Rendra lebih susah dari pada meminta izin dari Neira dan Rezka.

"Kan Papah juga tau itu juga baik buat Ade," kata Renza memberi alasan lain. Rezka menghela nafas, istrinya sudah meminta dia memberi keputusan tapi jika anak sulungnya itu mengucap tidak Rezka harus apa?

"Menurut Abang gimana?" tanya Rezka.

"Aku mau berangkat sekarang," balas Rendra tidak menjawab pertanyaan Rezka.

~Narendra~

Rendra kembali menemui Arvin keduanya berapa di ruangan yang sama tepatnya di ruangan olahraga, tidak ada siapapun hanya ada mereka berdua. Keduanya saling menatap tajam, seakan ada kilatan amarah di sana.

"Gua udah negasin jangan gangguin Ade gua kalau lo gak mau nyesel," tekan Rendra menahan amarah bahkan kedua tangannya sudah mengepal dengan wajah yang merah padam. Arvin yang di tatap seperti itu mengacuhkan, menurutnya ancaman Rendra itu bukan apa-apa dan Arvin tidak takut.

"Loh salah siapa gak mundur jadi kapten futsal?"

Kemarin Pak Ilham sudah memutuskan bahwa yang menjadi kapten Team A futsal itu Narendra Pradipta, karena tekanan dari Pak Ilham membuat Rendra tidak berkutik apa-apa bahkan untuk mengelak saja tidak bisa. Rendra senang karena usaha nya tidak sia-sia tapi untuk apa jika karena kesenangannya membuat adiknya di ganggu.

Narendra || Versi 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang