15

1.1K 83 17
                                    

~Narendra~

Xavellya Queena
|Dip, Renza sama Arvin tanding basket.|

Rendra mengepalkan jari-jarinya saat baru saja membaca pesan singkat dari Velly, seharian ini Rendra memang menghabisan waktunya untuk tidur karena memang kondisi tubuhnya yang belum normal.

Di liriknya jam dinding terpasang di kamarnya, jam itu sudah menunjukan pukul setengah tiga lebih itu artinya jam pulang sekolah tinggal beberapa menit lagi di bubarkan.

Narenza Sadipta
|Bang, capek huh.|

Tanpa berpikir jernih Rendra membalas pesan itu dengan cepat.

Narendra Pradipta
|Gua jemput.|

Xavellya Queena
|Adip jemput, Lyla ke depan gerbang bareng Renza Ya.|

Karena rasa khawatirnya, Rendra memutuskan untuk menjemput Renza di sekolah tidak perduli jika Renza membawa motor ke sekolah toh motornya bisa di simpan saja bukan?

"Infusan?" lirih Rendra saat menyadari bahwa infus yang dipasang Rezka itu masig menempel di punggung tangan kirinya.

Rendra tidak berpikir akan melepas infusnya sendiri, Rendra tidak berani untuk sekedar memegangnya saja.

"Bodo ah gua bawa aja," putusnya.

Nekad memang, tapi jika sudah berurusan dengan Renza ini bukan apa-apa. Rendra adalah Kakak dari Renza, tentu khawatir mendengar adik nya tanding dengan rival nya di futsal apalagi Rendra telah mengetahui bahwa Arvin sering menganggu adiknya.

Hanya bermain basket tapi untuk Renza itu bukanlah hal yang sepele, bagaimana jika asma itu kambuh? Apalagi beberapa hari lagi yang Rendra ketahui Renza akan pergi muncak dengan team pencinta alam nya.

Rendra menuruni anak tangga dengan pelan apalagi dengan membawa infus, jika berani Rendra akan mencabut infusan itu tapi Rendra tidak seberani itu bukan hanya takut melukai tangannya tapi Rendra takut omelan Neira yang menurutnya sangat berisik jika mengomel.

Melirik kanan kiri, melirik setiap sudut rumahnya ternyata kedua orang tuanya tidak nampak entah kemana perginya Papah Mamahnya. Yang Rendra tau Neira Rezka memang tidak pergi bekerja.

"Kunci mobil dimana?" lirih Rendra memijit keningnya singkat.

Rendra membuka satu laci di ruang keluarga, di sana ada tersimpan satu kunci mobil yang biasa Rendra pakai, rupanya Rezka belum menyimpan kunci itu lagi.

Tanpa berpikir lama Rendra pun keluar rumah setelah memakai sandal seadanya bahkan pakaian yang di pakaiannya juga asal-asalan.

Ting

Xavellya Queena
|Adip kan sakit, masa jemput.|

Narendra Pradipta
|Adip udah di depan, cepat ya.|

Xavellya Queena
|Adip selalu nekad😑😡|

Narendra Pradipta
|Adip bawa infus lyla. Kurang nekad apa lagi.|

Xavellya Queena
|ADIIIIPPPPP.|

Rendra menghela nafas pelan, susah payah Rendra menyetir mobilnya dengan keadaan seperti ini agak menyiksa memang.

"Hah? Si Rendra yang jemput? Bukannya tuh bocah sick?" Rendra menoleh saat mendengar suara Byan, rupanya Renza sedikit dipapah Byan dan di belakang nya ada Velly.

"Bawa masuk, Yan!" kata Rendra dan Byan membantu Renza untuk masuk kedalam mobil.

"Loh Abang infusnya belum di lepas?" pekik Renza. Rendra mengacuhkan pertanyaan Renza dan melirik ke arah Velly yang belum masuk mobil.

Narendra || Versi 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang