38

797 40 0
                                    


"Nei.."

"Gimana, Na?" tanya Neira sekali lagi saat Rezka tidak kunjung menjawab.

"Sedikit menurun sayang,"kata Rezka.

Neira menghela nafas pelan dengan raut yang khawatir. Neira menatap kesal suaminya yang tepat di hadapannya.

"Nei udah bilang kan kalau ada apa-apa sama kesehatan Abang, itu salah Nana. Nana yang udah biarin Abang belajar soal perusahaan di tambah dengan Xavier yang seenak jidatnya ngasih syarat kayak gitu," cerocos Neira.

"Sayang.."

"Gak usah sayang-sayang, Nei kesel."

"Sekarang aku tanya, Abang makannya gimana? Ada masalah gak?" tanya Rezka berusaha tenang. Mau bagaimana pun yang sering dirumah itu Neira, Rezka ada dirumah paling malam hari.

"Masih Nei kasih bekal cuma kadang gak abis," ucap Neira.

"Anak nya ada ngeluh?" Neira menggelengkan kepalanya.

"Masalah sama makannya ya? Nei udah ngasih makanan yang di saranin sama Nana tapi percuma kalau Abang nya sendiri terlalu maksain diri buat menuhi ekspetasi Kakek gak akan baik buat kondisinya," tukas Neira.

"Aku minta maaf."

"Na padahal baru semingguan loh Abang bolak-balik ke perusahaan, udah kayak gini aja gimana kedepannya?"

"Nei, Abang itu belum bisa ngontrol aja kalau Abangnya udah bisa sadar sama badan sendiri gak akan seperti ini terus, paham?"

"Egois."

"Sayang.."

"Na, bisa gak Abang belajarnya di rumah aja sama Nei dikit-dikit Nei paham kok," pinta Neira.

"Lagian sama Nana juga kan bisa kalau Nana free kan bisa ngajarin Abang, bahkan Nana lebih paham loh dari pada Rasen," sambung Neira.

"Nanti ku coba bilang Papah ya."

"Harus.." lirih Neira.

"Nanti aku coba ngomong baik-baik sama Abangnya biar di jaga badannya."

"Minimal tiga kali dalam seminggu Abang keperusahaan, Nei gak ngasih izin kalau setiap hari. Nei itu Ibu nya, Na. Nei berhak ngatur kan?"

Rezka menganggukan kepalanya. Rezka sangat paham dengan kekhawatirannya kepada Rendra begitu juga dengan dia sendiri. Hanya saja point nya Rendra belum menyadari kondisi nya sendiri selalu merasa bahwa penyakitnya itu bukan lah hal yang serius.

"Ayo pulang, kasian anak-anak tunggu."

"Ayo sayang.. besok kita kerumah sakit lagi buat ngontrol kandungan Nei ya? Aku udah bikin janji sama dokternya."

"Iya, Na.."

Sedangkan di luar tempat menunggu ada Rendra dan Renza yang menunggu orang tuanya yang mengobrol di dalam ruangan Rezka.

"Lama ya."

"Kenapa, Bang? Gabut ya?" Rendra berdehem singkat, Rendra tidak nyaman berada dirumah sakit mungkin sama halnya dengan Renza sendiri.

"Ngantuk gua."

"Yaudah sabar Abang nanti juga Mamah Papah keluar, atau mau ke mobil duluan aja?" tanya Renza menawarkan toh kunci mobilnya saja ada di saku celana Rendra.

"Gak deh."

"Abang, ujian nanti Ade di lantai tiga tau sama anak kelas 10 IPS 1," tukas Renza.

"Gua lantai satu gak tau sama siapa."

"Jauh banget ih Abang kenapa kita gak seruangan aja sih, kan Ade mau sama Abang nda mau pisah-pisah," gerutu Renza.

"Gak tau."

Narendra || Versi 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang