CH.15 SEMANGKOK BAKSO DAN SELEDRI

190 24 3
                                    

Setelah perdebatan panjang menguras emosi antara Rania dengan Emil dan berakhir dengan Rania yang langsung meninggalkan ruangan kerja, saat itu juga Emil yang masih diliputi emosi segera pergi meninggalkan rumah Rania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah perdebatan panjang menguras emosi antara Rania dengan Emil dan berakhir dengan Rania yang langsung meninggalkan ruangan kerja, saat itu juga Emil yang masih diliputi emosi segera pergi meninggalkan rumah Rania. Matanya sempat menangkap kalau Alvino membawa Rania untuk masuk ke kamar tidurnya, tapi saat itu Emil lebih memilih untuk mengabaikan mereka sementara waktu sembari dirinya menyusun rencana percepatan pernikahan Rania dengan Edo.

Hari ini, Rania memutuskan untuk absen datang ke rumah sakit. Rania memilih untuk beristirahat di rumah sekaligus menenangkan sesaat kebisingan yang terjadi di pikirannya. Rania ditemani oleh Alvino yang memang bertugas untuk selalu berada di dekat dirinya. Sementara itu, Andreas meminta izin kepada Rania untuk mengunjungi rumah sakit sekalian untuk memasangkan kamera pengawas di ruangan kerja Rania agar mudah melakukan pemantauan jika terjadi hal yang mencurigakan. Rania hanya manggut dan setuju tanpa banyak pertanyaan apa pun yang terlontar dari mulutnya. Tidak lupa, Alvino juga memberikan kode kepada Andreas agar bisa segera menjalankan penyelidikannya di lantai 5.

RUMAH SAKIT HARAPAN SEHAT

Andreas tiba di lantai ruangan Rania dan melihat Elia yang tengah fokus menatap layar komputer di depannya dengan mengenakan kaca mata baca. Entah perasaan apa tapi Andreas merasa hari ini Elia terlihat sangat cantik sekali di matanya. Mengembangkan sebuah senyum bahagia, Andreas berjalan memasuki ruangan Elia dan cukup membuat Elia terkejut karena kehadiran salah satu dari pengawal bosnya itu.

"Loh, Mas Reza di sini? Ibu Rania katanya sakit." Elia melepaskan kaca matanya dan menggerai rambutnya yang panjang untuk dia ikat kembali. Andreas yang melihat itu, berkali-kali harus menegak salivanya. Jantungnya tiba-tiba merasakan debaran yang sangat kencang. Ini pertemuan kedua kalinya dia dengan Elia tapi kenapa rasanya bisa seberantakan ini jantungnya.

Andreas menatap Elia tanpa berkedip, mulutnya bahkan menganga sedikit. Matanya sudah dibuat terpesona dengan kecantikan yang dimiliki oleh Elia.

"Mas Reza kok malah bengong?" Elia melambaikan tangannya di hadapan muka Andreas sampai pria itu tersadar dari lamunannya.

Andreas tergagap lalu menjawab pertanyanyaan Elia, "Ga bengong kok, cuma tadi lagi inget-inget aja apa yang ketinggalan di rumah." Andreas kembali tersenyum lebar. "Elia jangan panggil Mas, panggil nama aja, Reza," lanjut Andreas yang mendapatkan anggukan beberapa kali dari Elia.

"Oke, Reza, jadi kenapa kamu ke sini? Aku pikir kamu di rumah." Elia kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Iya, tadi sudah izin sama Nona Rania mau ke rumah sakit sekalian mau masang ini." Andreas menunjukkan satu kantong plastik yang dia pegang ke hadapan Elia.

Elia mengernyit bingung, dia segera melepaskan jari-jarinya dari atas keyboard dan mengambil plastik tersebut. Elia membuka plastik itu lalu mengarahkan pandangannya kepada Andreas."Ini apa?" tanya Elia.

"CCTV, untuk di ruangan Nona Rania," jawab Andreas.

"Loh, kamu bisa pasang CCTV?" Mata Elia memicing curiga menatap Andreas dengan tidak percaya.

BLACK ROSE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang