CH.29 ALVINO MELEPASKAN RANIA

195 27 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sekembalinya dari rapat, wajah Alvino sudah terlihat ditekuk masam. Jelas saja dia merasa gelisah. Ini bahkan belum sampai satu hari dia dan Rania berbaikan, tapi dia sudah harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia harus kembali menjalankan misinya untuk waktu yang tidak sebentar. Dia juga belum bertanya kepada Emil Pratama mengenai ucapannya tadi yang membuat dirinya merasa ambigu maksud dari perkataannya.

Semua seperti baru dimulai, tapi seolah dinding selalu saja menghalanginya bersama dengan Rania.

"Al, sabar ya." Andreas menepuk pundak Alvino yang terlihat lemas.

Alvino tidak menjawab, dia hanya membuang nafasnya kasar.

"Besok pagi lo bisa ngomong sama Rania."

"Hm," balas Alvino dingin.

***

Pagi harinya, Alvino kembali mengunjungi Rania di rumah sakit. Saat dia membuka pintu kamar, Alvino terlihat celingukan mencari keberadaan Rania yang tidak ada di ranjangnya. Elia juga tidak ada di sana.

"Kemana Rania?" gumam Alvino.

Tidak lama kemudian, masuklah Elia dengan membawa satu kantong belanjaan di tangannya. Elia sedikit kaget karena kehadiran Alvino.

"Kamu mencari Rania?"

Alvino mengangguk. "Di mana dia?"

"Di taman rumah sakit."

"Taman? Memang dia sudah boleh keluar kamar? Sama siapa dia di sana? Kenapa kamu ada di sini, bukannya menemani Rania," cecar Alvino kesal.

"Kamu bisa lihat sendiri di sana."

Tidak perlu bertele-tele, Alvino segera berlari menuju taman untuk mencari Rania dan melihat apa yang sedang dia lakukan di sana.

***
Langkah kaki Alvino terhenti di depan pintu menuju taman. Matanya menatap haru sebuah pemandangan indah yang dia lihat dari tempatnya berdiri.

Di sana, Alvino melihat Rania tengah tertawa ceria bersama dengan pria yang Alvino ketahui kalau dia adalah Kakak Rania, Kak Anggra. Di depannya, duduk seorang pria paruh baya tengah memperhatikan keduanya dengan sorot mata berkaca-kaca, dia adalah Emil Pratama.

Emil bersama dengan Rania dan juga Anggra, nampak menghabiskan waktu pagi mereka dengan menikmati suasana pepohonan yang ada di taman rumah sakit ini.

Alvino mengurungkan niatnya untuk menghampiri Rania. Alvino tidak ingin mengganggu waktu kebersamaan dari keluarga kecil yang sempat terpisahkan itu. Bukan dengan jarak tempat atau pun waktu, melainkan terpisahkan oleh keegoisan seorang Ayah.

Alvino bersyukur, kejadian penangkapan kemarin seperti membawa hikmah dan teguran untuk Emil. Pada akhirnya, di sanalah tempat Emil merenungkan kesalahannya selama ini.

Tanpa sadar, kedua sudut bibir Alvino terangkat dengan maksimal. Sebuah senyum indah dan haru terpancar dari raut wajahnya.

"Alvino!" Elia menepuk pundak Alvino, membuatnya sontak menoleh.

BLACK ROSE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang