CH.26 BERTAHAN RANIA

176 22 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Siapa pun yang melihat kondisi Rania saat ini pastilah hatinya akan hancur dan tak bisa berkata apa pun selain meratapi penderitaan yang dialami oleh perempuan itu selama 3 hari lamanya.

Tubuhnya yang ringkih terbaring terlentang hanya bagian kemaluannya saja yang ditutupi selembar kain berwarna putih yang sudah dipenuhi dengan bercak noda darah.

Kedua tangan dan kakinya diikat membentang. Tubuhnya sudah dipenuhi dengan sayatan-sayatan kecil yang diciptakan oleh pria yang saat ini tengah melemparkan senyum iblisnya kepada Alvino.

Pria iblis itu adalah Antoni, pemilik perusahaan alat-alat kesehatan. Wajahnya yang selalu menebar senyum dan ramah, nyatanya hanya sebuah topeng yang kerap dia kenakan.

Antoni jauh lebih psikopat dari Edo. Selain penyuka sesama jenis, Antoni juga memiliki penyimpangan seksual. Di mana dia baru akan merasakan orgasme setelah melihat pasangannya dipenuhi dengan darah.

Itulah sebabnya kenapa dia membuat Rania berdarah tak berdaya, karena erangan kesakitan dan darah yang mengucur dari sela-sela kulitnya membuat fantasi liar Antoni menjadi lebih bersensasi, di saat itulah dia akan mencapai klimaksnya.

Inilah maksud dari kata "bermain" yang diucapkan oleh pria paruh baya yang ternyata adalah Dendi, pria yang ditemui oleh Alvino sebelumnya.

"Wah, cepat sekali ketemunya. Apa kamu yang selalu menghubungi Rania ke ponselnya?" Antoni menggoyangkan ponsel milik Rania yang ada di tangannya, seolah sedang meledek Alvino.

"Satu luka di tubuh Rania, dua luka yang harus lo terima, Brengsek!" teriak Alvino berlari ke arah Antoni dan mencengkeram kuat kerah kemeja yang saat ini dia kenakan.

Alvino seperti lupa dengan pekerjaannya sendiri dan jangan lupakan kalau Rania masih menjadi kelemahannya. Tubuh Antoni terhuyung jatuh menyentuh lantai. Tanpa belas ampun sekalipun, Alvino naik ke atas tubuh Antoni dan menghajarnya dengan dipenuhi luapan api yang siap membakar tubuh Antoni saat ini juga.

Amarah Alvino seperti sudah tidak terbendung lagi. Siapa yang akan rela dan ikhlas jika melihat orang terkasih kita diperlakukan lebih hina dari pada hewan.

Tangan keras Alvino terus memberikan bogem mentah pada Antoni hingga pria itu hampir tak sadarkan diri. Sebuah teriakan dan tarikan pada punggung Alvino akhirnya menghentikan kegilaan Alvino.

Dia adalah Andreas. Andreas bersama dengan rekan Polisi yang lain datang tepat waktu. Nyawa Antoni masih belum dihabisi oleh Alvino.

"Al, berhenti! Lo bisa membunuh dia!" hardik Andreas.

"Dia pantas mati!" pekik Alvino tidak kalah keras.

"Dan lo bisa berakhir di penjara, Bego!" Andreas menatap Alvino yang sudah tak dia kenali. Nafasnya terengah-engah masih ingin melampiaskan amarahnya kepada Antoni yang kini sudah di tangani dan di bawa oleh beberapa petugas Polisi.

BLACK ROSE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang