CH.17 KEGALAUAN ALVINO

168 20 0
                                    

Mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, Alvino membelah jalan ibu kota yang cukup padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, Alvino membelah jalan ibu kota yang cukup padat. Kendaraan di kanan dan kirinya tidak henti-hentinya membunyikan suara klakson keras saat motor Alvino menyalip kendaraan mereka dengan cara yang brutal. Namun, sepertinya Alvino tidak mengambil pusing kemarahan dari seluruh pengendara motor kepada dirinya saat ini, karena di dalam pikirannya hanyalah keadaan Rania. Alvino bersumpah akan membunuh Andreas kalau sampai terjadi sesuatu dengan Rania.

Setibanya Alvino di pekarangan rumah Rania, Alvino langsung mematikan mesin motor dan menurunkan standar motornya, berjalan dengan terburu-buru memasuki dalam rumah. Mata elangnya segera menangkap keberadaan Andreas bersama dengan Elia tengah duduk di sofa ruang tengah. Dengan nafas yang tersengal-sengal, Alvino langsung menghampiri mereka dan melemparkan tatapan siap menguliti keduanya.

"Ada yang bisa jelaskan ke gue kejadian sebenarnya?" tanya Alvino dengan suara berat.

"Gue juga bingung, Vin. Hari ini seharusnya Nona Rania ada meeting tapi ternyata tamunya membatalkan janji mereka dan mengundurkan jadwal pertemuan. Siangnya, gue bertanya pada Nona Rania mau dipesankan makanan apa dan dijawab terserah.

"Setelahnya, gue sama Elia memesankan makan siang untuk Nona Rania dan untuk kita berdua. Lalu Nona Rania mengajak kami untuk makan bareng di ruangannya, tapi baru beberapa suap Nona Rania sudah menghentikkan makannya dan tiba-tiba mengalami sesak nafas. Awalnya kami mau membawa Nona ke ruangan IGD tapi Nona Rania menolak. Dia menyuruh kami untuk membawanya ke rumah dan ternyata saat baru sampai di rumah, Nona Rania pingsan." Andreas menghentikkan ceritanya.

"Makanan apa yang kalian pesan?" selidik Alvino yang sudah mulai merasakan perasaan yang tidak enak.

"Ayam saus tiram," jawab Elia membantu Andreas.

Kedua tangan Alvino yang menggantung kebawah sudah terkepal sangat kuat. Bahkan buku-buku di jemarinya pun juga sudah terlihat memutih. Mata Alvino menatap tajam pada Andreas dan Elia yang terlihat ketakutan melihat ekspresi mematikan dari Alvino.

"Apa Anda tidak tahu Nona Elia, kalau Nona Rania itu memiliki alergi seafood?" tanya Alvino seraya mengeratkan kedua rahangnya.

Elia menggeleng baru menjawab, "Bukannya Rania hanya tidak suka?"

"Rania memiliki alergi seafood, Nona," desis Alvino tajam dan dia memberikan penekanan pada setiap kata yang dia keluarkan.

"Tapi kami memesan ayam saus tiram, Vin," protes Andreas merasa tidak terima jika disalahkan.

"Menurut lo, saus tiram itu terbuat dari apa, Reza? Kerang, TOLOL!" hardik Alvino kencang dan membuat tubuh Elia juga Andreas terlonjak kaget. Jujur saja ini pertama kalinya Andreas melihat Alvino semarah dan semurka itu hanya karena masalah sepele.

Tidak ingin menambah kemarahan dari Alvino yang sudah terlihat sangat menakutkan, Andreas memilih untuk mengalah tapi kejadian ini justru menimbulkan perasaan curiga pada Andreas terkait hubungan sebenarnya antara Alvino dan Rania. Terlebih saat itu, Andreas pernah mendengar Rania menyebutkan nama Vincent dengan panggilan "Vino".

BLACK ROSE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang