CH.20 PERINTAH PENANGKAPAN

186 23 2
                                    

Suasana di ruangan kerja Rania masih di dominasi oleh suara Elia yang memang sedikit nyaring volumenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di ruangan kerja Rania masih di dominasi oleh suara Elia yang memang sedikit nyaring volumenya. Sementara itu Alvino izin keluar untuk bertemu dengan Andreas dan membiarkan Elia untuk bisa berbicara bebas dengan Rania.

"Rania, kamu jujur deh. Si Vincent itu yang fotonya ada di kamar kamu, kan?" tanya Elia yang mendapatkan anggukan sekali dari Rania.

"Tuh, kaann!" pekik Elia kencang. Dia memukul meja Rania karena terlalu antusias. "Aku udah curiga memang dari awal dia jadi pengawal kamu. Eh tapi bukannya nama dia itu Vin - Vin, siapa sih?" lanjut Elia lupa dengan nama Alvino.

"Alvino," ucap Rania malas.

"Nah, iya ... kok sekarang jadi Vincent?" Elia mengerutkan kedua alisnya dan ujung jarinya menyentuh pelipis seraya seperti orang berpikir.

"Kamu nanya? Aku aja ngga tahu kenapa. Aku tanya dia tapi ngga dijawab," keluh Rania menampilkan wajah sedih.

"Terus hubungan kamu sama Edo, gimana?"

Rania menggendikan bahunya tanda tidak tahu. Dia sudah pasrah dengan hidupnya sendiri bahkan sebenarnya dia sudah sangat tidak berselera untuk menjalani kehidupannya saat ini. Rania bahkan sering kali berencana untuk mengakhiri hidupnya. Dia merasa capek dan muak. Namun, sekali lagi Rania teringat kakaknya. Seandainya Rania meninggal, pasti ayahnya tidak segan-segan untuk kembali memasukkan Kak Anggra ke rumah sakit jiwa.

"Ran, aku rasa kamu harus berdamai sama perasaan kamu sendiri. Aku tahu kamu masih mencintai laki-laki itu tapi kamu juga harus realistis. Hubungan kalian itu ibarat jauh asap dari panggang yang ga mungkin ada harapan lagi. Kamu mau bersikeras seperti apa untuk menentang Om Emil, pasti Om Emil punya cara lain untuk memisahkan kalian.

"Saran aku sebagai sahabat kamu, lebih baik dari sekarang kamu mulai membuka hatimu untuk Edo. Kalau memang jodoh kamu adalah pria itu, sejauh apa pun kalian, seberat apa pun rintangannya, pasti akan bersatu juga."

Rania tampak berpikir serius dan mempertimbangkan ucapan dan saran dari sahabatnya itu. Tidak ada yang salah dengan saran Elia, hanya saja cukup berat untuk Rania mencintai Edo. Hatinya sudah ditutup oleh Alvino. Bukan sekali dua kali Rania berusaha untuk menggeser posisi Alvino di hatinya dan menggantikannya dengan Edo. Namun, hanya kesia-siaan yang Rania dapatkan dan rasa sakit yang dia rasakan.

Itulah awal Rania mengalami depresi dan hanya Elia yang saat itu merupakan teman karibnya di kampus karena sama-sama berasal dari Indonesia yang mengetahui hal tersebut. Elia jugalah yang bolak balik mengantarkan Rania berobat sampai akhirnya Rania terus menerus mengkonsumsi obat itu hingga sekarang.

***

Sementara itu di tempat berbeda, tepatnya di kantin rumah sakit. Terlihat Alvino sedang mengisap batang nikotinnya berdua dengan Andreas.

"Lo udah kasih tau Pak Rama, kan?" tanya Alvino dengan sikap cueknya walaupun saat ini dirinya tengah menjadi sorotan mata kagum dari wanita-wanita yang berlalu lalang di area kantin.

BLACK ROSE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang