CH.23 MAAF, RANIA

189 21 1
                                    

Ketegangan masih menyelimuti suasana di ruang tengah rumah Rania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketegangan masih menyelimuti suasana di ruang tengah rumah Rania. Di hadapan Rania kini berdiri pria tinggi berbadan tegap dengan sorot mata menusuk tapi terkesan datar. Wajah pria itu masih tertutup masker hitam, sementara di belakangnya, berdiri beberapa pria berseragam cokelat dan satu pria bermasker hitam mengenakan pakaian yang sama dengan dengannya, kemeja hitam.

"Kamu benar Alvino?" Rania masih berusaha untuk menyangkal semua yang ada dipikirannya. Akan tetapi, mata dan suara itu tidak mungkin bisa membohongi Rania. Keduanya sangat Rania kenal dan keduanya milik Alvino Bagaskara.

Emil Pratama secara mengejutkan datang dengan raut wajah panik. Dia sudah mendapatkan kabar dari Elia terkait penangkapan Edo dan penjaga rumah terkait kedatangan beberapa petugas Polisi ke rumah putrinya.

"Kalian di sini, sebenarnya ada urusan apa dan kenapa datang menemui putri saya?" tanya Emil menatap satu per satu petugas Polisi dengan guratan kemarahan.

"Anda dengan Tuan Emil? Kebetulan sekali kalau begitu, Anda bersama dengan Saudari Rania ikut kami guna memberikan keterangan terkait kasus Ferdian Edo."

Emil mengernyit. Fokusnya bukan pada kalimat yang dilontarkan oleh petugas itu, melainkan suara yang terdengar tidak asing di telinganya. "Sebentar, kenapa saya seperti familiar dengan suara Anda?"

Rania yang mendengar ayahnya juga turut dilibatkan, merasa marah dan kembali bersuara kepada Alvino. Namun, untuk kali ini tidak ada lagi sorot mata sedih. Rania berjalan ke arah depan Emil berdiri membelakangi Emil.

"Alvino, kenapa Ayah saya harus kamu bawa juga? Bukankah tujuan kamu adalah saya?" desis Rania dipenuhi tatapan marah.

"Karena Tuan Emil Pratama adalah Komisaris dari PT. Sahabat Sejahtera, di mana perusahaan tersebut sudah melakukan merger dengan RS. Harapan Sehat." Alvino sedikit menarik nafas, berusaha mengontrol emosinya yang dia sembunyikan dari balik masker hitamnya. "Sebaiknya kalian jangan membuang waktu kami," lanjut Alvino dengan tegas.

Emil semakin murka ketika mendengar Rania memanggil nama Alvino kepada petugas tersebut. Emil seperti tengah bermimpi buruk.

"Alvino? Kamu Alvino? Brengsek kamu! Dasar Miskin Penipu!" teriak Emil dengan suara lantang.

"Tuan Emil, jaga sikap Anda. Jangan berbuat kurang ajar terhadap anggota kami. Sebaiknya Anda bersikap kooperatif dan mengikuti prosedur yang akan dijalani. Jika kalian memang terbukti tidak bersalah, kalian hanya akan dijadikan saksi dan bukan tersangka," ucap salah satu petugas berseragam cokelat saat melihat Emil ingin memukul Alvino yang masih berdiri tegap di tempatnya.

Rania mengangguk cepat. Punggung tangannya mengusap kasar butiran air mata yang jatuh. Dia melangkahkan kakinya mendekat kepada Alvino. Beberapa petugas di belakang Alvino sudah bersiap maju untuk menghalau Rania. Namun, tangan Alvino yang terangkat menghentikan pergerakan mereka.

"Jadi ini alasan Anda datang ke hidup saya lagi dan berpura-pura menjadi pengawal saya? Cih, Lucu," umpat Rania seraya melengoskan wajahnya ke samping dan menyunggingkan senyum miris.

BLACK ROSE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang