CH.6 JANGAN SAKIT, IBU

205 20 2
                                    

Dua Tahun kemudian, 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua Tahun kemudian, 2016...

Saat ini Alvino dan Rania sudah berusia 18 tahun dan menginjak kelas 12 akhir. Hubungan keduanya juga masih terjalin harmonis. Walaupun tidak jarang Rania merasa bingung dengan sikap Alvino yang semakin posesif dan semakin menaruh cemburu yang besar.

Rania hingga saat ini tidak mengetahui keadaan di antara Alvino dengan ayahnya yang sebenarnya. Rania tidak tahu kalau Alvino dan Emil, ayahnya sudah saling mengenal.

Alvino sendiri juga memegang janjinya, setiap bulan Alvino terus mencicil hutang milik Handoko kepada Emil melalui Agung, kaki tangan Emil.

Alvino tidak yakin apakah dia sanggup melunasinya, mengingat saat ini dia sudah kelas 12 tapi jumlah hutang Handoko masih cukup banyak. Penghasilannya dari petarung bayaran memang tidak sedikit tapi juga tidak sebesar hutang Handoko.

Terkadang Alvino merasa frustasi dan depresi jika harus membayangkan saatnya tiba, dia harus melepaskan Rania.

Jujur, cintanya kepada Rania bukan seperti kebanyakan orang bilang yaitu cinta monyet. Alvino merasa semakin hari rasa cinta dan sayangnya kepada Rania semakin besar dan semakin takut kehilangannya.

Riki kerap menasehati Alvino untuk melepaskan Rania, karena Riki sendiri juga tidak tega harus melihat Alvino setiap malam bertarung nyawa di arena Ring. Tidak sedikit luka lebam yang membekas di wajahnya karena saat ini banyak lawan yang juga memiliki keahlian hampir sama dengan Alvino.

Namun, Alvino seolah tuli. Dia tetap berusaha mati-matian agar dapat melunasi hutang itu. Alvino tidak peduli. Dia hanya tidak ingin kehilangan Rania.

***

Sore ini, Alvino secara mendadak mengajak Rania berjalan-jalan mengelilingi taman kota dan melihat indahnya pemandangan langit sore. Alasannya karena Alvino tiba-tiba saja merasakan ketakutan yang sangat hebat pada hari ini.

Tidak seperti biasanya. Hari ini Alvino benar-benar sangat takut kehilangan Rania. Bahkan sepanjang perjalanan pun tangan Rania tidak pernah dilepasnya sama sekali. Saat menaiki motor pun, Alvino selalu meminta agar Rania jangan melepas pelukannya.

"Vino, sebenarnya kamu ada apa sih? Hari ini kamu kelihatan beda dari biasanya. Walaupun kamu sekarang lebih posesif dan cemburuan tapi hari ini kamu benar-benar beda," tanya Rania.

"Aku takut kamu pergi tinggalin aku, Ran. Aku merasa kalau aku akan kehilangan kamu." Alvino tertunduk berat. "Aku sadar kalau kita terlalu jauh berbeda. Aku ngga mungkin sanggup melampaui tinggi kamu, tapi aku ngga pernah berhenti bermimpi kalau suatu saat segala tembok pemisah itu akan runtuh," lanjut Alvino.

Rania sampai tertegun mendengar penuturan Alvino. Seumur-umur dia mengenal Alvino, belum pernah sekali pun Alvino membahas tentang kesenjangan ekonomi mereka dengan intonasi seputus asa ini.

Biasanya, Alvino selalu bersemangat saat menyuarakan kalau dia pasti bisa mendapatkan pekerjaan yang membuat Rania dan Ibunya bangga.

Namun, hari ini Alvino nampak berbeda. Alvino seperti hendak menunjukkan sisi rapuhnya yang selama ini selalu dipendam.

BLACK ROSE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang