CH.16 PENYELIDIKAN

188 24 0
                                    

Suasana di dalam ruang makan rumah Rania saat ini terlihat lebih cerah dan hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di dalam ruang makan rumah Rania saat ini terlihat lebih cerah dan hidup. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang selalu terlihat kaku dan sepi. Mungkin karena ada sepasang mantan kekasih yang kini tengah asik menyantap semangkok bakso mereka masing-masing.

"Nona Rania," panggil Alvino menghentikan gerakan tangan Rania.

"Perasaan dari tadi kamu terus memanggilku dengan sebutan Rania, kenapa sekarang pakai Nona?" ledek Rania membuat Alvino tersenyum canggung. Rania kembali melanjutkan ucapannya, "Panggil biasa saja kalau tidak ada siapa-siapa, Vino. Aku juga akan memanggil kamu Vino jika tidak ada siapa-siapa. Bagaimana, Setuju?"

Alvino menangguk setuju. "Oke, Rania. Ngomong-ngomong ... kamu kenal dengan Edo sudah lama?" tanya Alvino justru membuat kening Rania berkerut curiga.

"Kamu kenapa tanya itu?"

"Aku hanya ingin tahu. Paling ngga sebagai sahabat lamamu, aku tahu seperti apa laki-laki yang akan jadi calon suamimu nanti."

Rania tertawa sumbang mendengar ucapan Alvino itu. "Sahabat lama? Jadi sekarang kamu bersembunyi di balik kata sahabat lama?"

"Aku hanya ingin tetap menjalin hubungan baik denganmu, Rania. Toh dari awal kamu memang satu-satunya sahabat perempuan yang aku punya," kilah Alvino semakin membuat Rania tertawa kencang dan membuat wajah Alvino berubah masam.

"Bukannya kamu sedang cemburu?" goda Rania.

"Kalau pun aku cemburu, aku udah ngga ada hak apa-apa," cicit Alvino pelan tapi masih bisa di dengar oleh Rania.

"Dia laki-laki yang membuat aku kabur waktu malam perjodohan ke tempat seseorang."

"Aaahh ... jadi memang sedari awal ayahmu sudah menjodohkan kamu dengan Edo." Entah kenapa Alvino merasa tercubit hatinya. Alvino menatap mata Rania dengan tatapan tanya seraya kembali bertanya pada perempuan di hadapannya itu, "Karena perjodohan itu membuat dua bisnis keluarga kalian bergabung?"

Rania mendadak menunjukan senyum gummy khasnya yang sebenarnya sangat dirindukan oleh Alvino. "Rupanya sahabat lamaku ini sedang menunjukan kembali sisi keprotektifannya, kah?" goda Rania.

"Rania aku bertanya serius, aku ngga mau kamu mendapatkan suami yang tidak baik untukmu. Terlebih aku melihat sendiri kemarin bagaimana dia membentakmu." Sorot mata Alvino mulai menajam.

Selain itu juga, aku ingin tahu apa kamu sungguh terlibat di dalam perdagangan bisnis ilegal itu, Rania.

"Awalnya Ayah ingin membeli seluruh saham kepemilikan rumah sakit milik keluarga Edo menjadi milik ayah sepenuhnya, Ayah ingin mengakuisisi saat itu. Namun, Edo menolak. Dia bersikeras ingin tetap memiliki saham di sana. Akhirnya, Ayah Edo hanya menjual setengah sahamnya kepada Ayah. Sementara saham setengahnya lagi tetap menjadi milik Edo. Rencana Ayah yang ingin mengakuisisi berubah menjadi merger."

"Kenapa Edo menolak? Dan kenapa juga keluarga Edo ingin menjual seluruh sahamnya?" Alvino semakin menjuruskan matanya dan tangannya secara diam-diam menekan sebuah tombol yang ada pada jam tangan di pergelangan tangan Alvino.

BLACK ROSE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang