CH.2 AWAL PERTEMANAN

347 26 2
                                    

Di dalam rumah yang terbilang sangat sederhana, Alvino berusaha menenangkan tangisan Ratna, setelah sebelumnya pihak Polisi membawa Handoko pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di dalam rumah yang terbilang sangat sederhana, Alvino berusaha menenangkan tangisan Ratna, setelah sebelumnya pihak Polisi membawa Handoko pergi. Kedatangan Polisi tersebut berdasarkan informasi yang dilaporkan oleh salah satu tetangga mereka yang merasa iba melihat Alvino dan juga Ratna.

"Ibu, ngga tahu siapa yang mengadu ke Polisi, Vin," ungkap Ratna dengan suara serak. Tangannya mengusap lembut rambut Alvino.

Alvino tersenyum tipis. "Vino juga ngga tahu, Bu, tapi paling ngga ke depannya hidup kita bisa lebih tenang tanpa adanya Bapak," tutur Alvino pelan.

Ratna membenarkan ucapan Alvino. Walaupun Handoko adalah suaminya, tapi Ratna selalu merasa tertekan dan teraniaya selama ini.

Sesaat setelahnya, Ratna menangkap suatu objek asing yang berada di dalam rumahnya. Tersadar akan adanya seseorang yang duduk manis dengan penuh sopan, Ratna bertanya pada Alvino, "Dia siapa, Vin?" tunjuk Ratna ke arah Rania.

Rania bangun dan meraih punggung tangan Ratna lalu menciumnya.

"Saya Rania, Tante. Temannya Vino," sapa Rania memperkenalkan dirinya.

Ratna tersenyum manis. Dia melirik Alvino yang kini tertunduk malu. Setelahnya, Ratna memperhatikan pakaian yang Rania kenakan. Keningnya berkerut karena penampilan Rania sangat menunjukkan perbedaan kelas di antara mereka.

"Sepertinya kamu bukan orang sini, Nak. Kapan kalian kenal?" tanya Ratna.

"Benar, Tante. Rania tinggal di Perumahan Kapuk Indah. Rania baru kenal Vino kemarin."

Rania sungguh menggambarkan kepribadian seorang anak gadis yang sangat berkelas dan terpelajar. Di usianya yang baru menginjak 10 tahun, Rania pandai menyampaikan kalimat dengan tutur kata yang sopan dan rapih.

Ratna tersenyum hangat kepada Rania. Ratna sangat kagum dengan attitude yang dimiliki oleh Rania.

"Panggil Ibu saja, Rania. Jangan tante. Panggilan itu tidak pantas untuk kami." Ratna sedikit merendah.

"Baik, Bu. Maaf kalau kehadiran Rania sudah merepotkan Ibu."

"Justru Ibu yang seharusnya minta maaf karena kamu harus melihat kejadian memalukan seperti tadi."

"Ngga apa-apa, Bu. Rania ngga masalah ... ehm ... Bu, apa Rania boleh datang ke sini lagi?"

Pertanyaan terakhir Rania sontak mengundang keanehan dari Ratna dan Alvino. Bagaimana mungkin anak orang kaya mau datang ke tempat kumuh seperti rumah mereka ini.

"Memang orang tua kamu ngga masalah, kalau kamu datang ke sini?" tanya Ratna sangat berhati-hati karena takut menyinggung perasaan Rania.

Rania menggeleng lalu menjawab, "Rania sudah tidak punya Mama, dan Ayah Rania selalu pergi ke luar negeri. Sehari-hari Rania ditemani dengan Mba di rumah dan Om Bambang, supir pribadi Rania."

BLACK ROSE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang