14🍫Ingatan yang Membekas

20 7 0
                                    

"Keyakinan yang baik akan membawa hasil yang baik pula."

–Chika–

💜

AROMA manis kue cokelat dalam genggaman para pegawai Kedai Cokelat Izumi menggelitik hidung mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AROMA manis kue cokelat dalam genggaman para pegawai Kedai Cokelat Izumi menggelitik hidung mereka. Mereka bersiap untuk menyantap Rainbow Brigadeiro. Dirasa sudah cukup ikut campur urusan sang nenek.

"Saatnya kita mempercepat waktu, pejamkan mata, jangan dibuka sebelum aku perintahkan."

Petuah Chika didengarkan betul oleh dua manusia. Pernah sekali mereka menyantap kudapan itu dan Rheo melanggarnya. Akibatnya, otaknya sedikit eror saat itu karena sangat pusing. Bagaimana tidak? Layaknya menonton film yang dipercepat pastinya membuat pusing, bukan? Kali ini Rheo sudah pasti akan menurut. Trauma.

Mereka pun akhirnya menyantap cokelat itu. Waktu berjalan lebih cepat. Sampai mereka kembali lagi ke masa yang seharusnya.

Tepat dua hari sebelum hari H. Chika agak melamun. Kedai bahkan ditutup karena dia tak ingin menunggu Meirin lebih lama lagi.

"Terus kita ngapain? Nganggur? Kenapa nggak besok aja?" protes Yoga sambil bermain-main tutup botol karena bosan.

Chika tersadar. "Masih banyak yang bisa kamu kerjakan. Loteng udah lama banget nggak dibersihkan," katanya sambil tersenyum jahat.

"Ogah, ah. Banyak debu."

"Rheo." Chika menoleh sekilas ke arah pegawainya yang terlampaui rajin tanpa disuruh—Rheo tengah mengambil tirai hendak dicuci. "Sepertinya kamu bakal lebih kerja keras lagi. Ayo belajar berhitung."

Yoga mendelik, lalu menggebrak pelan meja dengan satu tangan. "Cuma bersih-bersih, kan? Kenapa aku nggak bisa?"

Chika cengengesan. Yoga menurunkan bahu. Ini menyebalkan. Pekerjaan paling tidak disukainya. Namun, gerakan mereka terhenti tatkala mendengar suara ketukan pintu. Tamu? Yoga cepat-cepat membukanya.

"Nenek?"

Yoga pun membawa Harmoni ke dalam. Chika cukup lega melihat nenek itu masih sehat bugar. Bahkan bisa mendatanginya! Chika cukup terharu karena dirinya mungkin dianggap penting sehingga masih sanggup mengingatnya, meski menderita demensia.

"Bagaimana kabar Nenek?"

Harmoni mengulas senyumnya. "Baik. Aku baru saja bertemu Eliska. Terima kasih, ya."

Chika mengangguk. "Syukurlah. Bagaimana dengan keadaannya, Nek?"

Harmoni agak linglung. Namun, ia kembali bercerita sebelum ingatannya memudar lagi.

Setelah kejadian Harmoni menolong Eliska kala itu, si nenek muda terus berusaha menjaga sahabatnya. Harmoni sering kali menelponnya. Bahkan membuat banyak catatan. Takut jika ingatannya memudar dan melupakan Eliska.

Truffle Time✓ (Tamat)🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang