26🍫Keberanian dan Realita

20 7 0
                                    

"Kembalilah bersama Grim Reaper kita."

-Lazuardi-

♠️

YOGA dan Rheo tidak terima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

YOGA dan Rheo tidak terima. Mereka berusaha mengejar Chika. Sayangnya, tiba-tiba saja kedai cokelat itu lenyap! Berubah menjadi halaman kosong yang tidak terawat. Kedua lelaki begitu frustrasi. Mau bagaimana lagi? Mereka yang manusia biasa tak dapat berbuat apa-apa.

"Sudah Emak bilang, mending kamu nikah sama kembang desa kita!"

Yoga akhirnya pulang kampung dan tentu saja mendapat sambutan hangat dari ibunda.

"Aku nggak cinta, Mak," rengek Yoga.

"Kan kenalan dulu, nanti juga cinta. Cantik, kok."

Yoga menggeleng keras. "Aku belum mau nikah, Mak."

Wanita tua itu bersidekap. "Kenapa? Kamu punya perempuan lain yang jadi incaran kamu, ya?"

Yoga membatu bak dikutuk ibunya Malin Kundang.

"Siapa? Kenalin ke Emak."

Yoga melipat bibirnya. "Enggak. Enggak ada."

"Jangan bohong sama Emak."

"Po-pokoknya aku nggak mau dijodohin, Mak. Aku bisa cari sendiri."

"Cari di mana?"

"Di kolong kali," jawab Yoga asal yang kemudian bangkit, "udah, Mak. Aku cari kerja dulu."

Begitulah Yoga yang kesehariannya sering menghindar dari pertanyaan-pertanyaan ibunya maupun anggota keluarga lainnya. Yoga juga masih pergi ke sana kemari, tetapi belum mendapat pekerjaan yang cocok. Paling mentok hanya jadi kuli toko kelontong di kampungnya.

Sedangkan Rheo, dirinya hanya melukis di depan kanvas. Sang ayah mendekat.

"Rheo, apa rencanamu sekarang?"

Rheo meletakkan kuas dengan lembut di atas palet. Ia menoleh pada lelaki kurus yang memegang pundaknya.

"Mungkin bakal jualan lukisan, Yah. Kalau beruntung, mungkin aku akan coba ke galerinya Tante Sarah."

"Wah, kalau sampai tembus, hebat sekali, Nak!"

Rheo menunduk. "Tapi aku nggak janji, Yah. Kemampuanku masih jauh."

Lelaki tua itu meremas pundak anak satu-satunya. "Kamu harus optimis, Yo. Kejar impianmu."

Rheo mendongak. "Tapi kita butuh uang, Yah. Nanti aku akan cari kerja serabutan lainnya."

"Jangan terlalu keras. Ayah masih bisa biayain keluarga kita."

Hati Rheo berdesir sakit. Keluarganya bukanlah dari keluarga yang mapan. Pekerjaannya di kedai adalah harapan satu-satunya. Namun, pupus begitu saja. Rheo masih menabung untuk modal melukis yang lebih baik. Ini saja dirinya hanya punya 3 kanvas. Harus dimanfaatkan sebaik mungkin, kan?

Truffle Time✓ (Tamat)🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang