21🍫Chain of Blood

15 8 0
                                    

"Mungkin kamu akan mendapat kebahagiaan atau justru sebaliknya."

–Chika–

💜

"PAKEEET!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"PAKEEET!"

Seorang lelaki berambut ikal yang ditutup kupluk abu-abu, membawa kardus kecil di depan sebuah rumah. Ia melihat sekali lagi nomor rumah dan mengecek alamat yang tertera pada kardus itu. Sudah cocok. Tinggal menunggu dibuka.

Namun, tak ada sahutan. Laki-laki kurus itu mencoba menelpon nomor dalam kotak paket. Sama. Tidak ada yang membuka, padahal ada mobil di garasi itu.

Gildan kemudian menerima telepon dari perusahaan. Ia mengangkatnya.

"Sudah kamu kirimkan paket yang ke perumahan Galaksi?"

Gildan menyahutnya. "Ini saya lagi di depan rumahnya, tapi nggak dibuka, Pak. Apa saya lempar saja?"

"Jangan!"

Gildan terdiam. Lantas, staf perusahaan itu berkata lagi. "Coba kamu masuk. Biasanya nggak dikunci."

Gildan mengerutkan dahi. Seberapa dekat rekan kerjanya ini sampai tahu kebiasaan klien? Namun, Gildan tak peduli dan mengikuti arahannya. Benar! Gerbangnya tak terkunci. Gildan mulai masuk pelan-pelan.

Sampai di depan pintu utama, Gildan ragu untuk meneruskan. Sekali lagi, ia melihat nama di atas paketnya.

Untuk Jaksa A. Reza.

Nama yang tidak asing. Pasalnya, Gildan juga sempat punya teman yang namanya mirip. Masa, sih? Sudahlah. Toh, nanti bertemu.

Gildan mengetuk pintu dan meneriakkan 'paket' sekali lagi. Tak ada sahutan. Namun, ada aroma aneh. Seperti ... bau gosong! Takut ada kekacauan yang akan terjadi, Gildan nekat masuk dengan cepat.

"Maaf, Pak, Bu. Saya dari pak—"

Gildan menjatuhkan kotaknya. Perlahan mundur, bahkan jatuh terduduk di lantai. Bukannya asap makanan yang gosong yang ia temukan. Melainkan ....

"Ma-mayat?"

ლ⁠(⁠^⁠o⁠^⁠ლ⁠)

Chika, Yoga, dan Rheo berbelanja bulanan seperti biasa. Sekilas, Chika teringat dengan Mansige. Rasanya agak sedikit lebih sepi tanpa pria arogan itu. Untungnya, Chika masih memiliki dua pegawainya.

Setelah mereka selesai, mereka menuruni lantai hingga ke basemen. Menuju dua sepeda motor yang terparkir paling ujung. Rheo mendorong troli sambil mengecek sekilas kantong-kantong di situ.

"Kita nggak lupa beli vanili bubuk, kan?"

Yoga mendesah. "Hilangkan perfeksionismu itu! Kita udah beli sesuai catatan, kan?"

Truffle Time✓ (Tamat)🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang