"Jika kami bisa memberimu satu kesempatan kembali ke masa lalu, apa kamu mau mengambilnya?"
–Rheo–
💙
"CHIKA, jangan diem aja, dong?"
Yoga mengikuti Chika ke mana-mana. Sejak tiga hari yang lalu, pemilik kedai benar-benar tidak mau bicara dengan dua pegawainya.
"Maafin aku, deh. Aku cuma salah paham aja. Kirain si Rheo mau ngelecehin kamu."
Chika menghentikan langkahnya, dan menoleh cepat. "Kamu kira aku b*go, hah? Kamu lupa siapa diriku?"
Yoga merapatkan bibir sejenak. "Maaf. Aku cuma—"
"Kamu suka sama aku?"
Pertanyaan Chika yang terlalu jelas, membuat Yoga kehilangan keseimbangan. Untung di belakangnya ada bibir meja yang menumpunya. Begitupun Rheo yang sedang mengelap piring, hampir saja piring itu jatuh ke lantai jika tangannya tidak cekatan menangkapnya.
Chika juga menoleh ke arah Rheo. "Kamu juga, kan?"
Apa ini? Chika memang benar-benar penyihir yang tahu isi hati manusia? Kedua lelaki hanya membeku di tempat.
Chika menambahkan. "Aku memang hebat untuk dijadikan teman terbaik buat kalian. Aku tahu kalian menyukaiku, aku juga suka sama kalian."
Seolah terdengar suara retakan dari hati para manusia. Ternyata bukan 'suka' artian cinta, melainkan 'suka' artian teman!
"Tapi aku nggak suka kalian berantem karena aku," lanjut Chika, "kita semua ini berteman. Enggak usahlah menomorsatukan siapa-siapa."
Tiba-tiba tawa Rheo meledak, tetapi ia segera menutup mulutnya. Mendapati tatapan sinis dari si pemilik kedai.
"Maksud kamu apa? Kamu kira aku lagi bercanda?"
Rheo menggeleng cepat. "Bu-bukan."
"Kalau gitu kita baikan?" Terdengar nada bergetar di suara Yoga. Tatapannya sendu.
"Sudah waktunya buka toko. Cepat siap-siap!" Chika pergi menuju kamarnya. Namun, kedua lelaki tersenyum lega. Mereka tahu bahwa Chika tak lagi marah pada mereka. Meski masih ada rasa kecewa, jika penyihir cantik satu itu tidak peka!
ლ(^o^ლ)
"Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat)."
Seorang gadis dengan potongan rambut sebahu tampak serius menggumamkan belajarnya. Dahinya bahkan berkerut dengan wajah yang masih belia. Sesekali, Kalana menyantap cemilan jagung di sebelahnya.
Sesekali dia juga mendongak karena pegal menunduk. Memandang beberapa piala dan sertifikat yang menampang di atas rak buku. Yah, Kalana memanglah gadis pintar dan rajin belajar. Dia bahkan memiliki title juara kelas sejak tingkat pertama sekaligus juara paralel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truffle Time✓ (Tamat)🌹
FantasiaChika Izumi, pemilik kedai cokelat di kompleks Permata Pelangi. Ada satu menu yang dijual terpisah-hanya jam 10 malam dan sangat mahal. Bukan cokelat biasa, tetapi cokelat yang dapat membawa manusia kembali ke masa lalu. Truffle Time. Chika berusaha...