"Aku sangat ingin melihatmu kembali bersinar."
–Chika–
💜
"TIDUR di kolong jembatan lagi?"
Seorang lelaki dengan rambut pirang yang acak terbangun dari sebuah bangku taman. Ia mengucek mata dan mendapati lelaki kucel yang mirip dirinya.
"Sejak kapan tempat ini jadi kolong jembatan?"
Egie, pria pirang itu mengubah posisinya duduk dengan benar. Sedangkan Arwan, pria dengan rambut jabrik, duduk di sebelahnya.
"Denger-denger ada yang tarung di tempat kamu biasa tidur di sana."
Egie mencebik. "Terus kamu khawatir sama aku?"
Arwan bergidik. "Jangan salah paham dulu. Aku cuma nggak pengen sendirian mulung."
Egie tersenyum kecut. Bahkan mendesah. Memorinya terus berputar ke masa lalu. Kehidupan tuna wisma dan menjadi pemulung, bukanlah ia rasakan sejak kecil. Tepatnya, tiga tahun. Dulu, Egie sempat kaya. Sulit dipercaya? Namun, itulah kenyataannya.
Egie memandang taman yang agak kurang terawat ini. Ia masih mengingat jelas. Dulu, taman ini sangat bagus, sedap dipandang mata, apalagi ada sebuah panggung di bagian tengah. Egie masih mengingat bagaimana wajah orang-orang yang memandangnya dengan raut muka ceria dan antusias. Sosok Egie sang gitaris dari band Kaivan.
Arwan meremas bahu Egie. "Masih merindukan masa lalu?"
Egie tersenyum getir.
Arwan menepuk bahu Egie tiga kali. "Cuma keajaiban harapan satu-satunya. Sebelum berharap, kamu harus isi perutmu dulu!"
Egie mengangguk. Yah, rasanya tidak mungkin saja. Nasi sudah menjadi bubur. Mana mungkin bubur kembali menjadi nasi, bukan? Tak ada pilihan lain, Egie hanya menjalani hidupnya.
ლ(^o^ლ)
Sudah dua hari kedai tutup. Chika beristirahat memulihkan tenaga. Pasalnya, Chika menggunakan tiga sihir sekaligus. Andai hanya satu, mungkin dia dapat menahannya.
Seperti biasa, Yoga menggerutu jika tidak membuka kedai. Hanya bersih-bersih yang dilakukannya. Namun, di hari ketiga ini, Chika mulai beraktivitas. Bahkan mengatakan sesuatu yang mengejutkan.
"Sebelum bekerja besok, bagaimana kalau hari ini kita bersenang-senang dengan karaoke?"
Rheo menanggapi. "Tapi kamu butuh istirahat."
"Aku sudah cukup istirahat," kata Chika dengan santai.
"Kenapa harus karaoke?" protes Yoga. "Mending ke Water Park sekalian."
Yoga mendadak merapatkan bibir ketika mendapati kedua penghuni kedai menatapnya tajam. Mau tak mau, Yoga hanya menuruti keinginan bosnya. Toh tidak buruk. Daripada menganggur lebih baik menghilangkan stres, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Truffle Time✓ (Tamat)🌹
FantasiChika Izumi, pemilik kedai cokelat di kompleks Permata Pelangi. Ada satu menu yang dijual terpisah-hanya jam 10 malam dan sangat mahal. Bukan cokelat biasa, tetapi cokelat yang dapat membawa manusia kembali ke masa lalu. Truffle Time. Chika berusaha...