Keesokan harinya, Arlan, Reza, Panji dan Zidan, berjalan melewati lapangannya untuk sampai di kelas. Arlan dengan langkah semangat sambil meminum susu yang tadi dibelikan oleh Panji pagi tadi.
Namun, tiba tiba dirinya terjatuh ke tanah dengan keras karena tidak sengaja menyandung batu yang ada di depannya. Alhasil Arlan pun langsung mengaduh kesakitan sambil duduk diatas tanah, mengibas ngibaskan tangannya merasakan perih akibat bergesekan dengan tanah.
"Huwaa! Aji! Eja! Idan! Sakit huhuhu!" Rengeknya, dengan cepat mereka betiga langsung menghampiri Arlan dan membantu nya agar bangun dari duduknya.
Dengan gesit, mereka langsung membawanya ke UKS dengan Panji yang membopong tubuh Arlan. Terlihat berlebihan, namun itulah mereka, akan merasa khawatir berlebihan jika Arlan terluka sedikit pun.
"Huhuhu... Sakit ji!" Rengek Arlan memeluk Panji dengan tangan kanannya yang sedang di pakaikan plester oleh Reza.
"Udah, gapapa kok!" Ucap Panji mengusap pucuk kepala Arlan. Setelah selesai memasangkan plester, Reza langsung meniup telapak tangan Arlan.
"Selesai! Udah ga sakit lagi kan?" Tanya Reza kepada Arlan. Arlan menatap tangannya yang terdapat plester tadi, dirinya pun langsung mengangguk kepalanya dengan lucu.
"Yeyyy! Arlan anak hebat! Ayok, sekarang kita pergi ke kelas!" Seru Zidan dengan antusias. Mereka berempat puj segera pergi dari UKS untuk masuk ke kelas.
Sesampainya di kelas, Arlan langsung mendapat banyak perhatian, karena matanya yang sedikit sembab dengan hidung merah yang terlihat lucu. Mahkluk kecil dan galak di kelas mereka ini selalu seperti anak kecil jika bersama ketiga sahabatnya, membuat siapapun iri kepada Arlan.
Apalagi, wajah ketiganya memiliki aura tersendiri dengan ketampanan yang selalu mengundang para kaum wanita untuk menatapnya tanpa di minta. Berbeda dengan mahluk kecil yang berada di tengah tengah mereka, seperti anak kecil yang berhasil membuat abang abangnya luluh dengan wajah lucunya yang terkesan galak.
"Loh, Arlan kenapa?" Tanya salah satu siswa yang ada di kelas.
"Jatoh tadi di lapangan, jadinya nangis dia" Jawab Panji menjelaskan kepada siswa tersebut.
Berbagai pertanyaan terus terlontar, membuat Arlan kesal sendiri mendengarnya. Dengan kesal, Arlan berbicara kepada teman sekelasnya.
"Ihhh! Berisik tau! Udah bel masuk juga, bukannya siapin buku malah nanya nanya orang yang baru jatuh, lagian jarinya udah ga terlalu sakit ini kok! Udah yahh, gausah nanya nanya lagi!" Omel Arlan dengan wajah kesalnya.
Namun yang di lihat oleh teman sekelasnya, bukannya wajah kesal yang membuat mereka takur, justru sebaliknya. Mereka menahan gemas akan tingkah kesal Arlan, bagaimana bisa mahkluk kecil seperti Arlan turun ke dunia manusia, seperti peri kecil yang tersesat.
Tak berapa lama, guru pun datang ke kelas mereka untuk mengajar. Seluruh siswa/siswi pun kembali fokus kearah depan untuk memperhatikan sang guru menerangkan.
Jam terus berputar, hingga tak sadar jam istirahat sudah tiba. Seluruh siswa/siswi pun berhamburan keluar kelas untuk makan siang. Berbeda dengan keempat remaja yang berada di kelas saat ini.
Arlan yang memang tidak ingin makan siang pun, hanya memakan snack saja, sedangkan ketiganya memakan roti saja. Seperti biasa, Arlan dengan tingkah anehnya yang membuat ketiga temannya tak habis pikir.
Lihat saja, saat ini Arlan tengah kayang di dalam kelas dan berjalan perlahan lahan dengan bentuk tubuh seperti itu. Apalagi saat dirinya menyamakan dirinya dengan vampir.
"Heh lan! Udah udah! Ntar encok badan lo!" Tegur Zidan setelah berhenti tertawa.
"Udah ah, takut encok gue liatnya!" Sahut Panji.
"Untung kaga Kejengkang dah bocah!" Timpal Reza. Yang membuat keduanya menggelengkan kepalanya.
"A-aduhh!" Pekik Arlan saat tak sengaja sikutnya kepentok dengan duduk meja. Dirinya langsung mengusap sikutnya dengan muka panik sekaligus menahan nyeri yang seperti ada sengatan listriknya.
"Nah kan, jadinya kepentok dah tuh sikut!" Celetuk Panji menghela nafas panjang nya.
"Huwee! Sakit!" Rengek Arlan dengan wajah sedih. Melihat hal itu tentunya mereka menjadi khawatir, Arlan langsung memeluk tubuh Reza, menenggelamkan wajahnya di tubuh Reza.
Panji pun langsung mengelus pelan punggung Arlan, sedangkan Zidan mengelus elus kepala Arlan dengan sayang. Seketika orang kelas yang melihatnya pun melemparkan tatapan iri kepada Arlan.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanya seseorang setelah bel masuk berbunyi 2 menit yang lalu. Seketika Arlan pun langsung melihat kearah suara yang bertanya tadi, diikuti ketiganya.
"Engga ada kok pak, cuma meragain peluk teletubbies aja" Jawab Reza dengan cengiran khasnya.
"Ya sudah, cepat kembali ke tempat duduk kalian." Final sang guru, yang ternyata adalah pak cristian.
Semuanya pun mulai duduk di bangku masing masing, kelas yang awalnya heboh dan berisik, kini menjadi tenang karena adanya sang guru.
Saat di pertengahan pembelajaran, Arlan yang kurang mengerti pun segera menanyakan kembali tentang pembahasan tadi.
"Pak kris!" Panggil Arlan membuat yang lain ikut menatap kearahnya. Tatapan mereka seolah bertanya siapa itu pak Kris yang di maksud Arlan.
"Ya? Ada yang bisa saya bantu?" Sahut pak Geano yang peka dengan panggilan tersebut, namun biasanya orang orang akan memanggilnya dengan pak Geano.
"Ini pak, aku kurang ngerti sama bagian akhir jawaban itu, itu hasilnya dari mana yah pak tadi?" Tanya Arlan mengacuhkan tatapan teman sekelasnya.
"Silahkan datang ke meja saya, jika ingin bertanya!" Sahut pak Geano kemudian, Arlan pun akhirnya maju ke depan untuk menanyakan bagian yang tidak di mengertinya.
"Psstt! Kenapa si arlan manggilnya pak kris?" Tanya siswi yang menanyakan kepada zidan yang duduk di belakangnya.
"Katanya mah susah pas liat namanya, jadinya dia mah manggilnya pak kris!" Jawab Zidan, lalu siswi tersebut hanya ber'oh' ria saja, dan kembali berbalik menghadap kedepan.
Tak terasa, bel pulang sudah berbunyi. Seluruh siswa/siswi menghamburkan dirinya masing masing setelah seharian bersekolah. Arlan yang kebetulan ada jadwal piket pun, terpaksa tidak ikut teman temannya pulang.
Setelah menyelesaikan semuanya, Arlan pun segera pergi meninggalkan sekolah, karena hanya tersisa dirinya di sekolah setelah mengantarkan barang ke gudang.
"Arlan?" Panggil seseorang saat Arlan berjalan sendirian di Koridor sekolahan. Merasa seseorang memanggil namanya, Arlan pun segera melihat kearah suara tersebut.
"Ehh, pak Kris! Mau pulang juga pak?" Tanya Arlan dengan ramah, Geano pun hanya menganggukkan kepalanya saja menjawab pertanyaan Arlan.
"Kamu ngapain sendirian di sekolah? Kemana teman teman kamu?" Tanya Geano menatap Arlan.
"Mereka udah pulang atuh pak dari tadi, cuma aku aja yang ada piket jadinya pulang telat hehe" Jawab Arlan dengan cengiran khasnya.
"Lama juga kamu piketnya, sampai sore begini. Ayok saya antarkan kamu pulang." Ajak Geano kepada Arlan, awalnya Arlan ragu untuk menerima ajakan dari Geano, namun dirinya teringat jika harus bekerja juga.
Akhirnya arlan pun menerima ajakan tersebut, Geano pun langsung mengangguk dan mulai berjalan kearah parkiran dimana mobil milik Geano terparkir disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arlan [HIATUS]
Teen FictionArlan seorang murid yang mempunyai berbagai tingkah diluar nalarnya, dan suka bermanja manja itu, harus dipertemukan dengan seorang Guru baru yang terlalu banyak aturan selama mengajar di kelas. "berdiri kamu di depan, sampai jam pelajaran saya habi...